Semakin membaca lebih banyak tentang sirah nabawiyyah, membuat saya semakin mulai merasakan betapa mulia akhlaknya Rasulullah yang tak akan pernah kita temukan dalam sejarah sosok hebat manapun di dunia ini. Sederhana, namun jika direnungi sungguh sangat luar biasa.
Rasulullah Saw itu boleh dikatakan kehidupan ekonomi beliau pas-pasan, kalau tidak ingin kita sebut hidup dalam kemiskinan atau lebih tepatnya lagi hidup dalam kezuhudan dan merasa cukup dengan kehidupan dunia apa adanya.
Padahal jika beliau ingin kekayaan, dalam sekejap gunung Uhud bisa saja beliau minta menjadi gunung emas. Apa susahnya? Malaikat Jibril menawarkan gunung Uhud menjadi emas. Tapi, beliau lebih memilih zuhud terhadap dunia yang sementara ini.
Nah dalam kondisi demikian yang serba kekurangan itu, yang hebatnya ada ceritanya orang-orang miskin yang menemui Rasulullah membawakan makanan sebagai hadiah.
Lantas, Nabi Saw bertanya pada mereka, “Apakah kalian punya makanan di rumah?!”
Manakala Nabi mengetahui mereka lebih membutuhkan Nabi Saw menolak pemberian itu. Nabi tahu beliau dan keluarganya membutuhkan, tapi beliau lebih mengerti orang yang diberi jauh lebih membutuhkan lagi. Inilah kemuliaan akhlak Nabi Saw.
Nah, jika sebaliknya orang yang memberikan hadiah makanan, Rasulullah tidak membiarkan orang yang memberikan hadiah itu pulang, sebelum juga ada sesuatu yang diberikan sebagai gantinya, sebagai balas budinya, meski beliau tak punya barang berharga.
Sayyidah Aisyah yang hidup dalam tarbiyyah Rasulullah Saw dengan secara tulus mensedekahkan sisa makanan yang bisa diberikan. Beliau tidak pernah protes atau ngambek, jika harus memberikan makanan lain, meski istilahnya semacam bertukar makanan saja.
Intinya, Sayyidah Aisyah itu tidak pelit. Begitulah didikan Rasullah terhadap wanita mulia itu. Jika ingin meneladani sebagaimana akhlak mulia Sayyidah Aisyah, usahakan jangan pelit. Di sinilah kita bisa belajar meneladani hal-hal yang realistis saja dulu.
Sayyidah Aisyah juga seorang wanita yang penyabar, tegar dan tidak pernah mengeluh dalam menjalani kegetiran hidup selama berjuang bersama Rasulillah.
Berdasarkan riwayat dari ibunda Sayyidah Aisyah, “Kami keluarga Rasulullah tidak pernah merasakan kenyang lebih dari 3 hari secara berturut-turut sampai Rasulullah wafat.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Turmudzi.
Artinya apa? Artinya, sepanjang hidup Rasullah, keluarga Ahli Bait Nabi Saw tidak pernah merasakan kenyang berkepanjangan setiap hari. Hari ini boleh kenyang, besok sudah tidak tahu harus makan apa lagi.
Jika ada yang dimakan, ya makan, jika tidak ada ya sabar menahan sampai ada makanan yang bisa dimakan atau ada susu yang bisa diminum. Bahkan, pernah Nabi Saw mengganjal perutnya dengan batu, saking laparnya tak makan lebih dari 3 hari.
Sayyidah Aisyah termasuk seorang istri yang sangat sabar menjalani kehidupan yang sangat getir bersama Rasulullah. Beliau sering kelaparan bersama Rasulullah, karena tidak ada gandum yang bisa dimasak.
Bahkan, manakala Sayyidah Aisyah tidak pernah dikarunia seorang putra atau putri lebih dari 10 tahun perkawinannya, Sayyidah Aisyah tidak pernah mengeluh sedikit pun.
Hari ini ada banyak wanita-wanita muslimah yang hanya melihat satu aspek saja, mereka hanya memahami bahwa hubungan Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah hanya sekedar hubungan romantisnya saja sambil bersenandung ria. Dikiranya cuma cukup yang ramenya saja, hehe..
Pengennya berlarian bersama pasangan, pengen minum di bekas minuman suami, pengen dimanjakan seperti Rasulullah memanjakan Sayyidah Aisyah, namun giliran suami mau poligami ngamuk, suami tidak punya uang ngambek, suami marah berani melawan. Kamu ini niru Sayyidah Aisyah yang versi mana sih?
Perlu lah memahami sejarah secara lebih syamil. Perlu meneladani akhlak wanita mulia lebih komphehensif, bukan?!!