Kalau belum pernah merasakan diguyur salju pas lagi nggak pake “cemon” dan sepatu kulit, belum tau apa yang dirasakan para Muslim dalam gambar ini.
Aku pernah sekali jalan ke sebuah negara bekas komunis, ketika shalat ashar, aku mampir di masjid, waktu itu pas musim dingin. Karena aku tidak dapat saf dalam masjid karena sudah penuh akhirnya aku shalat di teras masjid. Tidak ada sajadah, akupun shalat di lantai. Brrrrrr….dingin sekali. Aku membayangkan tempat sujudku, pasti dingin sekali.
Tiba-tiba, seorang laki-laki yang sedang lewat meletakkan jaket kulitnya di tempat sujudku, sehingga aku tidak harus sujud langsung di atas lantai dingin. Laki-laki itupun berdiri disampingku sampai aku selesai shalat.
“Muslim?”, kata dia. Aku mengangguk sebagai isyarat iya. Diapun memelukku.
Benar-benar memang tidak akan sempurna iman kita kalau belum mampu mencintai sesama Muslim seperti mencintai diri sendiri, meskipun beda pendapat, beda warna kulit, beda bahasa dan beda bangsa.
Note: Jangan dibayangkan teras masjid seperti masjid di Indonesia. Masjid di negara itu sebauh bangunan tertutup, dinding masjid dibatasi oleh trotoar dengan jalan besar. Aku shalat di emperan masjid yang tidak lain adalah trotoar.