Hari Raya Idul Adha selalu ditandai dengan pemotongan hewan kurban. Di antara sapi, domba, atau lembu, hewan kurban yang paling banyak disembelih adalah kambing.
Biasanya, orang menghindari mengkonsumsi daging kambing karena memandang daging itu merupakan pemicu hipertensi. Tapi, tahukah Anda bahwa ternyata daging kambing yang lezat mengandung lemak dan kalori yang lebih rendah ketimbang daging ternak lainnya.
Jadi, tak mengherankan bila pada hari ini tentu banyak ibu yang mengolah daging kambing menjadi berbagai jenis masakan yang pastinya lezat semisal sate atau gulai kambing.
Tidak perlu takut memakan daging kambing karena daging itu ternyata lebih menyehatkan ketimbang jenis daging lainnya. Dalam 100 gram daging kambing, terdapat 154 kalori, 9,2 mg lemak, 3,6 mg lemak jenuh. Sedangkan, pada 100 gram daging sapi terdapat 207 kalori, 14 mg lemak, dan 51 mg lemak jenuh.
Selain itu, daging kambing juga salah satu sumber zat besi, vitamin B, kolin, dan selenium terbaik. Vitamin B akan membantu tubuh membakar lemak, sedangkan kolin dan selenium mampu menangkal kanker.
Lemak kambing terletak di dalam dan saat disembelih, lemak ini akan ikut terbuang bersama dengan bagian dalam lain seperti lambung, usus, dan hati. Kaki kambing malah memiliki kandungan lemak paling rendah jika dibandingkan dengan bagian tubuh kambing lainnya.
Namun, perlu diingat Anda hanya boleh makan dagingnya, bukan lemaknya. Karena, dagingnya yang sehat dan lemaknya yang jahat. Jadi, sebelum memasak kambing, buang dahulu semua lemaknya.
Beberapa ahli gizi bahkan menganggap bahwa daging kambing paling baik untuk dikonsumsi dan cocok bagi yang tengah berdiet karena derajat keasamannya hampir mendekati PH tubuh manusia sehingga tubuh kita akan sangat mudah menyesuaikan diri dengannya.
Jangan berlebihan
Apapun yng dikonsumsi berlebihan bisa berdampak buruk, apalagi daging kambing. Kolesterol bukan satu-satunya ancaman di balik menu daging-dagingan. Masih ada ancaman yang terlupakan, yakni Gastro Esofagial Reflux Disease (GERD) atau naiknya asam lambung gara-gara kalap saat makan daging.
Pada setiap perayaan Idul Adha, para pengidap gangguan kolesterol biasanya sudah tahu diri untuk tidak berlebihan makan daging korban. Namun bagi yang kadar kolesterolnya normal, ancaman GERD sering diabaikan karena merasa tidak punya risiko apapun saat makan daging.
Menurut praktisi klinis dari Universitas Indonesia, Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, GERD sebenarnya disebabkan oleh kelemahan klep yang membatasi lambung dan kerongkongan. Bagi yang punya faktor risiko tersebut, makan daging secara berlebihan bisa memicu serangan GERD.
“Faktor yang menginduksi timbulnya GERD, yang mungkin memang sudah ada sebelumnya, adalah karena mengonsumsi daging dalam waktu singkat secara berlebihan,” tulis Dr Ari dalam emailnya untuk para wartawan.
Menurut Dr Ari, konsumsi daging yang berlebihan akan semakin meningkatkan risiko GERD jika dimasak dengan santan berlebihan. Penggunaan bumbu-bumbu yang merangsang misalnya asam dan pedas juga akan memicu pergerakan isi lambung untuk naik menuju kerongkongan.
Untuk mencegahnya, Dr Ari memberikan beberapa tips saat makan daging korban sebagai berikut:
1. Jangan makan daging secara berlebihan dalam waktu singkat
2. Hindari makan daging bersamaan dengan jeroan (usus, hati, otak, paru, limpa)
3. Hindari bumbu-bumbu yang terlalu merangsang misalnya pedas dan asam
4. Setelah makan daging jangan minum kopi, alkohol dan minuman bersoda
5. Selama makan daging hindari makanan yang mengandung cokelat dan keju
6. Jangan langsung tidur dalam 2 jam setelah makan daging.
Dr Ari menambahkan, daging pada prinsipnya merupakan sumber nutrisi penting karena mengandung protein yang sangat tinggi. Selain sangat berguna selama masa pertumbuhan, protein juga dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak karena sakit maupun akibat proses penuaan.
Namun di sisi lain, daging juga mengandung lemak. Lemak sebenarnya bisa menjadi cadangan energi, namun jika berlebihan akan menghambat proses pengosongan lambung dan meningkatkan risiko GERD atau aliran balik isi lambung termasuk asam lambung menuju kerongkongan.
Naiknya asam lambung ke kerongkongan selalu disertai dengan gejala nyeri dada atau heart burn, sehingga sering dikira sakit jantung. Nyeri ini juga dirasakan hingga kerongkongan dan jika naik terus hingga mencapai lidah akan menimbulkan sensasi rasa pahit.
Gejala lain yang sering menyertai naiknya asam lambung adalah rasa nyeri di ulu hati, perut kembung, begah dan sering bersendawa. Pada beberapa orang, kondisi ini juga menginduksi atau memicu sesak napas, batuk kronis, rhinitis atau radang hidung, laringitis atau radang pita suara dan kadang-kadang rasa ngilu di gigi. [hero]