Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal dengan julukan “Ahok”, mengambil alih kursi gubernur DKI Jakarta. Dia adalah etnis Cina pertama yang melakukannya di negara yang 95 persen asli Indonesia dan memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Ahok secara otomatis mengambil alih masa jabatan lima tahun Jokowi.
Di Indonesia, etnis Cina hanya berjumlah sekitar 2 persen dari populasi 240 juta.
Menurut Reuters, etnis Cina di Indonesia sudah bertahun-tahun lamanya dijauhkan dari hirarki politik dan militer. Alasannya sederhana, etnis Cina mengontrol perdagangan dan bisnis di negeri ini, dan diduga memiliki loyalitas yang tinggi ke China.
Kebencian, yang pernah meledak menjadi kerusuhan berdarah di masa lalu, tampaknya semakin berkurang, meskipun tidak juga bertambah.
“Orang-orang memberikan suara karena rekam jejak hari ini,” kata Ahok kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kantornya buan April silam. “Ini bukan tentang ras atau agama … atau beberapa ide primordial siapa yang harus menjalankan (negara).”
Polisi Jahat
Ahok berperan menjadi “polisi jahat” karena Jokowi menempati posisi “polisi baik”. Berbeda dengan Jokowi yang biasanya bersuara lembut dan Jawa sekali, Ahok terkenal dengan reputasi sebagai orang yang keras tidak takut untuk menggoyang birokrasi kota.
“Hal pertama yang harus kita perbaiki di sini adalah birokrasi … dengan menguji dan mengevaluasi kinerja mereka,” kata Ahok.
“Kami mengatakan kepada mereka jika mereka tidak ingin mengikuti kami, mereka bisa keluar. Kadang-kadang kami harus menendang mereka keluar. Tentu saja mereka marah, tapi kami tidak peduli.”
Ahok, 48, telah menjadi tangan kanan Jokowi sejak memenangi pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 ketika pasangan ini menggulingkan incumbent dengan dengan ide-ide memperbaiki banyak masalah kota yang kacau, termasuk lalu lintas yang kronis dan tentu saja banjir.
“Saya pribadi tidak setuju (jika Ahok menjadi gubernur) karena dia terlalu temperamental,” kata dewan kota Boy Bernardi Sadikin kepada media seperti dikutip dari Reuters. Sadikin adalah putra mantan Gubernur DKI Jakarta tahun 1970-an, pemimpin yang populer di ibukota.
Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, memiliki sejarah ketegangan komunal yang terkadang mendidih ke dalam serangan kekerasan dan secara khusus menargetkan minoritas etnis Cina.
Sebagian kelompok Muslim, yang tahun lalu memprotes penunjukan seorang wanita Kristen di kantor distrik Jakarta, juga telah mengancam akan memprotes kenaikan Ahok ke kekuasaan DKI 1.
Tapi Ahok yakin Indonesia akan menjadi lebih pluralis.
“Pilgub Jakarta itu sebuah tes dan … kita melihat lebih banyak etnis Cina untuk (jabatan publik) sekarang,” kata Ahok. “Suatu hari nanti Indonesia akan siap untuk pemimpin non-Muslim atau etnis Cina, bahkan presiden.”
Sumber: #Islampos