Sheikh Muhammad Al Ghazali rahimahullah, mungkin banyak yang tidak familiar dengan beliau, tidak seperti sahabatnya sheikh Yusuf Qardhawy, tapi di dunia dakwah, hadis dan fiqih beliau adalah bintangnya. Beliau lahir di Alexandria tahun 1917 dan meninggal di Arab Saudi pada Maret 1996. Bagaimana beliau hidup, kita bisa melihat sepak terjang beliau di dunia dakwah dan akademis melalui puluhan bukunya. Tapi, dalam rangka memperingati wafatnya beliau pada Maret 2016, mari kita lihat bagaimana beliau meninggal.
Sejatinya, semua orang yang hidup akan mati, karena syarat mati adalah hidup. Silahkan hidup semau kita, lakukan apa yang kita mau, tapi penentu adalah saat mati, kita semua berharap bisa Husnul Khatimah, bisa menghadap Allah dengan panggilan “Ya Ayyuhannafsul Mutmainnah….”. Tapi, biasanya bagaimana kita hidup begitu kita akan mati.
Sheikh Ghazali adalah seorang Ulama yang sangat produktif, seperti biasa hal tersebut akan menimbulkan pro dan kontra. Quran saja yang merupakan kalam Allah banyak diperdebatkan oleh umat manusia, apalagi cuma sebuah buku yang ditulis oleh seorang Muhammad Al Ghazali. Salah satu buku sheikh Ghazali yang banyak menuai kritikan dan bahkan “cacian” adalah buku “Sunnah Nabawiyyah Baina Ahlil Fiqhi wa Ahlil Hadis”, khususnya di Arab Saudi. Sangat dianjurkan membaca buku itu, sebuah karya yang luar biasa, regardless setuju atau tidak dengan isinya, tapi memang itu adalah sebuah usaha luar biasa dari sheikh Ghazali rahimahullah.
Semasa hidup, beliau selalu berdoa…”Ya Allah, anugerahilah aku kematian di negeri kekasihmu Al Musthafa Muhammad….”, keluarganya dan muridnya meragukan hal itu akan menjadi kenyataan. Tapi, Allah memang selalu ada, selalu mendengar dan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya.
Pada tahun 1996, sheikh Ghazali menerima undangan konferensi internasional di Riyadh, Arab Saudi. Para murid terdekat beliau meminta agar beliau tidak menghadiri acara tersebut, banyak orang yang tidak menyukai beliau disana, karena buku “Sunnah Nabawiyyah Baina Ahlil Fiqhi wa Ahlil Hadis”, dokter pribadinyapun belarang beliau pergi, karena kondisi beliau yang kurang sehat.
Namun, beliau memaksa pergi ke Riyadh dengan penuh semangat.
Di Konferensi itu beliau mendapat kesempatan untuk bicara di depan forum, tiba-tiba seorang hadirin berteriak mengatakan beliau adalah musuh sunnah.
Mendengar tuduhan itu beliau emosi, bagaimana mereka menuduh beliau musuh sunnah padahal setiap kali mengajar Sirah Nabawiyyah beliau selalu menangis.
Pada saat itu beliau menjawab tuduhan hadirin itu dengan berapi-api, kata-kata terakhir yang beliau ucapkan adalah ”…kita hidup di dunia untuk mengimplementasikan makna La Ilaha Illallah..”, beliaupun terjatuh dan meninggal seketika. Atas perintah Raja Abdullah dan rekomendasi Mufti Saudi Sheikh Abdul Aziz bin Baz, jenazah sheikh Ghazali dipindahkan ke Madinah untuk dishalatkan dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.
Kata Prof. Zaghlul Najjar, “Ketika jenazah sampai di Madinah, saya melihat banyak sekali pesawat-pesawat pribadi yang mengangkut orang-orang dari berbagai belahan dunia menyambut jenazah itu, sampai di Masjid Nabawi saya juga melihat banyak sekali manusia yang mensholati almarhum Sheikh…”
Pengurus pemakaman di Baqi’ mengatakan, “Orang ini aneh, setiap tempat yang kami gali di Baqi’ terasa keras seperti batu, sulit digali. Beberapa tempat sudah kami gali, tapi keras. Sampai akhirnya kami menemukan tempat disini, ketika kami menggali terasa tanahnya lembut dan mudah digali. Ya, disini, diantara kuburan Nafi Maula Ibnu Umar dan kuburan Malik bin Anas…”.
Beliau dimakamkan diantara dua Ulama besar, Ahli Hadis dan Ahli Fiqih, hal itu menjadi jawaban bagi mereka yang menuduh sheikh Muhammad Al Ghazali musuh Fiqih dan musuh Sunnah, bahwa sampai matipun bumi tidak menerima jasadnya kecuali dalam pelukan Imam Ahli Hadis dan Imam Ahli Fiqih…sebagaimana beliau hidup. Rahimahumullah, Wa Nas’alullaha Lana Husnal Khatimah.
Note:
Suatu ketika, sheikh Muhammad Al Ghazali mengunjungi sheikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumallah, mereka mendiskusikan tentang beberapa masalah. Ketika keluar dari kantor sheikh Ibn Baz, para wartawan bertanya “Apa pendapat anda tentang Sheikh Ibn Baz?”,
Sheikh Ghazali menjawab “Aku melihatnya seperti seorang laki-laki yang berbicara kepadaku dari Surga…”.