Induk Al quran yang penulis maksud ialah Surah Alfatihah. Surah yang dianggap merangkum semua sajian Alquran. Di dalamnya Allah mendeskripsikan awal dan akhir perjalanan hidup manusia.
Banyak ulama yang menjadikan Surah Alfatihah sebagai wasilah kebaikan untuk doa, keselamatan dan kesembuhan. Dijadikan Alfatihah sebagai bacaan wajib dalam shalat (dalam jumhur mazhab) adalah penanda bahwa fungsinya yang tak tergantikan.
Sebagaimana ayat lain dalam Alquran, fungsi utamanya adalah untuk menjadi penunjuk dan penjelas guna merealisasikan eksistensi manusia dalam kehidupan dunia.
Dari induk Alquran ini setidaknya kita dapat mengambil setetes ibrah tentang kearifan yang paling mendasar untuk kesempurnaan hidup.
Pertama, memilih jalan tauhid dari Nama Allah yang Mulia, yang diwakili dengan nama Arrahman dan Arrahim. DariNya semua bermula dan Menunjuk para rasul sebagai penerus pesan langit dengan ajaran yang satu.
Disini kita berayukur ditakdirkan sebagai muslim, tanpa direpotkan mencari-cari cahaya. Dari Nama Utama ini, yang menjadi pijakan aktivitas sehari hari, kita belajar memaknai, memberi arti, berfungsi, ikhlas dan tunduk.
Kedua, mengapresiasi keberadaanNya dengan pujian yang tiada habisnya (segala puji). pujian yang bukan hanya sebatas di dunia, tapi sampai akhirat kelak.
Pujian yang terbit dalam keadaan senang dan susah. Karena Ia tidak Menghendaki yang buruk untuk hambaNya. Keyakinan akan ayat ini memantik optimisme, kesadaran dan dorongan untuk memperbaiki.
Ketiga, mempertegas kembali keyakinan kita dalam memilih jalan tauhid ini. Sembari belajar meneladani untuk bersikap rahman dan rahim dalam berinteraksi sosial.
Keempat. Dengan ketegasan di atas, kita senantiasa dapat mengarahkan visi dari semua aktivitas kita untuk mengarah pada hari kebangkitan. Di dalamnya ada kehati hatian, keikhlasan dan tanggung jawab. Sebab semuanya akan dihisab dan diberi balasan.
Kelima, Memurnikan penyembahan kita secara umum dan khusus. Lewat ibadah wajib dan sunnah. Dengannya kita berhak untuk beroleh pertolongan, meminta pertolongan dan jaminan kemudahan.
Keenam, usaha kita dalam menyembahNya hanyalah karena ilham dariNya, sebab kita bisa tersesat kapan saja (nauzu billah). Maka kita selayaknya meminta selalu agar dalam petunjukNya.
Ketujuh, dengan bimbingan petunjukNya berupa kerasulan Muhammad SAW dan Alquran, kita meminta diri dalam istiqamah agar terus berada di jalan kebenaran sebagaimana yang dilalui oleh para rasul dan orang orang salih sebelum kita.
Hal ini diwujudkan dengan rangkaian amal ibadah personal dan sosial yang memberi dampak bagi kelanjutan ajaran Islam, dimana kita menjadi saksi atas ummat lain yang tidak memilih Islam sebagai jalan utama.