Bagi antum Alumni baru di Gontor, mungkin tidak terlalu mengenal beliau. Tapi bagi Alumni lama, Insya Allah mengenal sekali siapa beliau itu. KH Rahmat Soekarto, Beliau adalah Kakak tertua trimurti, pendiri Pondok Modern Gontor. Beliau adalah lurah seumur hidup Di Gontor.
Jadi Trimurti itu adalah putra ke 5,6 dan 7 dari Kyai Hasan Besari. Putra pertamanya adalah KH Rahmat Soekarto, kemudian 3 orang putri, baru kemudian Trimurti. Ketika KH Hasan Besari wafat, trimurti masih begitu kecil. Sehingga praktis, beliaulah yang membiayai hidup dan bahkan membiayai sekolah Trimurti. Bahkan yang mengkhitankan dan menikahkan TRIMURTI adalah beliau.
Dulu sebelmu istilah “Trimurti” berkembang sampai saat ini. Satu istilah lain dikenal oleh para santri Gontor lama, yaitu “Empat Serangkai” pendiri Gontor. Empat serangkai itu ya “trimurti” ditambah KH Rahmat Soekarto ini. Saya sudah berusaha mencari Foto Digital beliau, tapi samapi sekarang saya belum mendapatkannya.
Beliau menempati rumah Pusaka (Pendopo) sebagai peninggalan orang tuanya. Sekaligus juga Trimurti lahir besar dan tumbuh di sana.
Menurut cerita, ketika dulu beliau menjabat lurah, kalau pas bulan Ramadhan, beliau akan keliling kampung dan jika menjumpai ada yang berasap di pagi hari langsung beliau masuki, dan jika terbukti benar bahwa orang tersebut masak nasi di pagi hari, maka langsung dipecahin tu alat masaknya. Beliau juga adalah Imam Jumatan dari mulai Gontor berdiri sehingga beliau wafat. Karena amanah dari Ibunda tercinta, bahwa Gontor harus tetap hidup dan menghidupkan. Beliau menurut para santri lama, mengimami Sholat santri dengan irama Jawa yang kental. Tapi meskipun begitu, KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi tidak pernah mau mengganti menjadi Imam Masjid sampai beliau wafat. Bisa jadi alasan pertama adalah Ihtiraman, yang kedua Tajwidnya betul, meskipun dbaca dengan irama Jawa yang kental.
Ada satu kisah menarik tentang Karomah yang beliau miliki. Pada suatu hari para santri tengah mencari-cari sesuatu, sepertinya penting. Lalu kemudian beliau duduk di depan pohon sawo di depan Pendopo yang menjadi rumah tinggal beliau dan Trimurti. Beliau kemudian bertanya, para santri sedang mencari apa. Kemudian di jawab bahwa mereka sedang mencari Pencuri. Kemudian beliau berkata :
“Lha nggoleki maling kok ndelok ngisor, mbok ndangak neng nduwur….”
(Lha cari Maling kok melihatnya ke bawah, sekali-kali mbok ya lihat ke atas)
Para santri kebingungan, bagaimana ceritanya kok cari maling melihat keatas?? Apa iya malingnya sembunyi di langit?? Tapi karena beliau sosok yang disegani, maka para santripun menengok keatas. Tanpa di duga, pencuri itu ternyata bersembunyi di Pohon sawoo yang dibawahnya duduk KH Rahmat Soekarto, sehingga sang pencuri tidak berani turun. Demikianlah salah satu Karomah beliau, dari banyak sekali karomah lain yang disaksikan oleh para santri pada waktu itu.
Semoga Allah memuliakan tempatnya kembali…..Amien….