Dalam literatur psikologi disebutkan bahwa manusia dibentuk oleh kebiasaannya. Pada awalnya beberapa kebiasaan hanya insting dasar yang Allah Berikan.
Secara bertahap kebiasaan itu melebar dan dipengaruhi juga oleh lingkungan terdekat. Maka cara kita berfikir dan bertindak serta merespon bisa jadi karena kebiasaan saat kecil.
Saat akal dan pengertian kita semakin tumbuh dan nafsu, yang menjadi penggerak (Barat menyebutnya emosi) terus memicu keinginan dan dorongan dalam hal apapun, maka kita dihadapkan selalu pada banyak pilihan putusan untuk mengembangkan diri, menjalani hidup dan bersikap lebih produktif serta penuh makna.
Artinya kita tidak bisa lagi mengandalkan kebiasaan kita yang lama untuk terus bergerak lebih baik. Walau mungkin sebagian kebiaasan lama tersebut ada yang perlu diterapkan terus.
Perlu kiranya kita mempertimbangkan kembali kebiasaan kita, karena kebiasaan dapat membuahkan sifat dan sifat menjadi kepribadian.
Sedangkan kata efektif dalam catatan kecil ini adalah, satu tindakan yang disengaja dan berdampak positif secara konstan untuk periode tertentu atau bahkan jangka panjang.
Pada kesempatan ini penulis akan menukilkan delapan kebiasaan efektif yang kiranya bermanfaat bila diterapkan.
Pertama, Memperbarui tujuan. Pendekatan psikologi Islam memandang hal ini sebagai tajdid niyyah, memperbarui niat. Di poin ini kita memeriksa kembali setiap motif dalam aktivitas rutin, lalu memberinya makna baru sambil menetapkan tujuan lanjutan. Tujuan ini hendaknya berdampak untuk aspek hidup yang kita anggap penting, misal, karir, keluarga, keuangan dan spiritualitas (ketaatan Ibadah).
Kedua, menghargai waktu. Dengan kebiaasan ini kita hendaknya menata ulang cara pandang terhadap waktu. Bahwa waktu sebagai aset tak terlihat yang bernilai tinggi, bayangkanlah pembalap MotoGP yang betul betul memperhatikan setiap detik sebagai potensi kemenangan. Dalam kehidupan muslim, kualitas waktu akan optimal dengan menghayati pola ibadah ritmik (shalat) yang dapat menjadi pemicu perbaikan diri dan refleksi harian.
Ketiga, interaksi dalam keluarga. Sabda Nabi: sebaik baik kamu adalah yang paling baik bagi keluarganya. Ini menjadi isyarat bahwa aspek keluarga sangat diutamakan. Ayah, ibu, anak, Istri dan memperhatikan siklus dalam keluarga sangatlah penting. Masing masing anggota keluarga perlu mendapatkan hak waktu secara pribadi untuk saling bicara, bercerita dan berkegiatan bersama sehingga kesemuanya dapat menyusun harapan atau saling memperbaiki.
Keempat, rasa sosial. Rasa sosial hanya bisa tumbuh dalam lingkungan yang saling menghargai. Dari rasa sosial akan lahir empati dan tanggung jawab. Setiap kita hendaknya dapat menjadi cermin yang baik bagi anggota masyarakat lainnya. Dengannya kita bisa berbagi lewat tenaga, pikiran dan harta bahkan jiwa.
Dalam kajian Islam, keimanan seseorang dapat diukur dari sikap sosialnya, dan dengan rasa sosial ini kita bisa pula memaksimalkan amal jariyah (pahala yang terus mengalir), berinvest kebaikan untuk kebaikan kemanusiaan. Sungguh alangkah malu kita dengan lembaga nirlaba/yayasan negeri lain (Barat) yang berkembang dan berdampak secara global.
Kelima, senantiasa belajar. Ini sama halnya dengan membangun kapasitas diri dan terus mengasah keterampilan. Sesungguhnya, kegiatan belajar merupakan kegiatan tiada akhir. Kegiatan belajar baik formal ataupun tidak, merupakan prioritas dalam waktu harian kita. Masih banyak ketertinggalan kita dari segi membaca, menulis, penemuan dan teknologi.
Keenam, Riyadhah Ruhiyah. Barat menyebutnya sebagai latihan mengasah spiritualitas. Capaian materialisme di sana menjadikan mereka merasa kosong dan kehilangan makna hidup. Maka dengan memperhatikan aspek ini, kita sebagai muslim akan semakin dekat dengan rahmat Allah. kebiasaan ini bisa diawali dengan zikir harian di setiap aktivitas dari bangun tidur hingga tidur kembali. Lalu melangkah pada latihan khusus, seperti puasa, shalat sunnah dan menghiasi akhir malam dengan taqarrub lewat tahajjud, istighfar dan membaca Al Quran.
Ketujuh, memperhatikan aktivitas fisik.
Para ahli menyebutkan bahwa perhatian terhadap aktivitas fisik berguna untuk kesehatan, kekuatan otot dan ketangkasan tubuh. Cara kita bernafas dan mengonsumsi makanan merupakan rangkaian aktivitas fisik yang sangat penting, selain memperbanyak berjalan kaki atau tertawa bersama dan tersenyum.
Kedelapan, gaya hidup hemat. Di tengah masalah sosial kita yang tumpang tindih, baik secara politik, ekonomi dan budaya, kita masih tetap bisa melestarikan sikap hemat. Sikap yang menjadikan kita menahan diri untuk berlebihan dan boros. Hal ini tidak semata terkait finansial, tapi untuk semua aspek kehidupan kita, dari energi, sumber daya alam dan metode konsumsi dalam keseharian kita.