Dari sekian banyak mumi raja-raja Mesir yang diketemukan oleh para arkeolog hanya mumi Ramses II yang diketemukan dalam posisi mulut terbuka menganga, seperti orang yang sedang menahan kesakitan luar biasa ketika detik-detik kematiannya.
Lantas apa asbab musabab menganganya mulut Ramses II?
Berdasarkan riwayat dari Ibnu Katsir menerangkan bahwasanya manakala Fir’aun mengejar Nabi Musa dan orang-orang Bani Israel bersama pasukan berkereta kuda hingga ke tepi laut Merah, Fir’aun menyaksikan satu keajaiban luar biasa.
Laut merah membelah dirinya, hingga tampak mengering sampai ke dasar lautan. Nabi Musa dan orang-orang Bani Israel pun menyeberangi lautan dengan selamat. Fir’aun sempat teperangah, dan menyaksikan kengerian itu.
Hampir saja Fir’aun menghentikan langkah kereta kudanya dan berbalik arah meninggalkan tepian lautan merah. Namun, pada saat yang sama, malaikat Jibril turun bersama kudanya menggiring agar kuda Fir’aun bergerak maju ke depan.
Diluar kendali Fir’aun, kereta kudanya berlari ke tengah lautan diikuti bala tentara Fir’aun yang mengira bahwa Fir’aun memimpin komando mengejar hingga ikut menyeberangi lautan.
Nabi Musa dan pengikutnya yang telah sampai di bibir tepian lautan di seberangnya, diperintahkan oleh Allah untuk memukulkan kembali tongkatnya ke lautan. Kun! Jadilah, air laut kembali menyatu seperti sediakala.
Fir’aun dan bala tentaranya yang terjebak di tengah dasar lautan berusaha berbalik arah, namun sudah terlambat. Mereka terkubur diantara bukit air yang tumpah ruah menyapu mengenangi lautan.
Ramses II yang menyadari bahwa keselamatannya terancam, maut tak dapat dihindarkan, kesadarannya bahwa apa yang terjadi merupakan kebenaran dari kuasa Rabb-nya Musa, maka dia pun menyatakan keberimanannya sebagaimana yang diabadikan di dalam al-Qur’an.
Namun, belum sempat ia mengucapkan, buru-buru malaikat Jibril mengambilkan pasir, lalu menyumpalkan pasir tersebut ke mulut Fir’aun hingga kalimat syahadat penyaksian keberimanan tersebut sudah tak dapat lagi diucapkan oleh Fir’aun.
Sebab akibat dari kemarahan malaikat Jibril terhadap perlakuan kelaliman Fir’aun yang sudah kelewat batas membuat Jibril khawatir sekiranya Allah mengampuni dosa Fir’aun dengan sebab ucapan syahadatnya.
Padahal meskipun demikian, sekiranya malaikat Jibril tidak menyumpali dengan pasir sekalipun, niscaya Allah pun tidak akan mengampuni ucapan taubat yang diucapkan di akhir sakaratul maut sudah berada di tengah tenggorokan.
Hanya saja malaikat Jibril khawatir saja, Allah dengan sifat Pengampun-Nya masih berkenan Mengampuni, sebab saking banyaknya segala kedustaan dan kebohongan yang keluar dari mulut Fir’aun hingga sampai mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pesan singkatnya apa ustadz?
Pesan singkatnya, para pemimpin jangan suka berbohong dan menipu dengan janji-janji manis, jangan buat peraturan untuk mereka langgar lebih dahulu, jangan dengan kata-katanya malah menyensengarakan dan membingungkan rakyatnya.
Jika tidak, maka ia bisa saja bernasib sama dengan mumi Fir’aun yang senantiasa dibuat menganga mulutnya hingga hari kiamat. Ini kisah Fir’aun, bukan yang lain. Wallahu ‘alam.