Permadi Arya atau yang dikenal dengan alias Abu Janda, mencoba membangun narasi bahwa tidak ada penjajahan di Palestina… di Baitul Maqdis yang dia kunjungi dia katakan baik-baik saja. Siapapun yang datang, dari negara manapun, bisa memasuki dan beribadah dengan tenang dan aman di Masjidil Aqsa, tidak terkecuali warga Palestina sendiri.
Itu yang menurutnya fakta yang selama ini tidak diberitakan media nasional. Sebagai bukti, dia bertanya langsung kepada warga setempat mengenai situasi aman Baitul Maqdis/Yerusalem. Padahal apa yang dilihatnya itu, hanyalah eksternalitas positif (meminjam istilah Mustafit Ahmad).
Di Indonesia, saat dijajah Belanda, juga tidak hancur sepenuhnya. Batavia suasananya aman-aman saja. Semua warga termasuk orang Belanda didalamnya berbaur melakukan aktivitas bersama. Toko-toko bergaya eropa, mobil-mobil mewah lalulalang dengan bebas. Tidak ada keributan atau bentrokan antara warga kulit putih dengan pribumi. Namun dibalik pencitraan eksternal itu, ada hasil bumi yang dirampok. Ada SDM yang diperas dan dibayar murah. Ada aturan yang mengekang kebebasan pribumi untuk bersuara dan berpolitik. Belum lagi kekejaman yang bisa dengan mudah menangkap dan membunuhi warga lokal.
Situasi aman yang dilihat Permadi Arya di Masjidil Aqsa, memang sesuatu yang harus dilakukan rezim Zionis. Sebab Masjidil Aqsa adalah sumber devisa bagi Israel. Jadi ya harus dibuat aman dong. Walaupun memang kadang, wajah aslinya tidak tahan untuk tidak ditunjukkan, sebagaimana yang dilakukan aparat Zionis kepada jamaah salat di Masjidil Aqsa beberapa hari lalu.
Dan tahukah Permadi Arya mengenai tembok pemisah yang membentang sejauh 700 km yang membelah penduduk Palestina dan Israel?. Atas adanya tembok itu, warga Palestina banyak kehilangan akses terhadap ladang-ladang mereka yang subur. Akses pada layanan kesehatan dan pendidikan. Yang pada akhirnya, adalah memiskinkan rakyat Palestina, sementara dengan akses wilayah yang subur dan penguasaan pada sumber-sumber air, Israel melesat pesat sebagai negara paling maju di Timur Tengah.
Walhasil, literasi tetap jauh lebih kuat dalam memiliki kemampuan menganalisa dan mengetahui fakta yang sebenarnya. Termasuk bijak dalam menentukan pilihan. Spektrum wawasan bisa jauh lebih luas. Dibanding bolak-balik Al-Aqsa tapi sudah dengan niat menggembosi perjuangan bangsa terjajah yang ingin hidup merdeka dan sewajarnya, dengan alasan, hanya ingin memberikan fakta. Belajar lebih banyaklah Bang Permadi…