Dulu, pada masa dinasti Ottoman masih berkuasa di Turki dan Arab, seorang Pasha duduk bersama beberapa Pasha lainnya, sambil minum teh, mereka bercerita dan tertawa-tawa. Pasha itu istilah untuk bangsawan atau orang di Pemerintahan, dan Pasha ini adalah seorang Gubernur di salah satu propinsi wilayah Ottoman.
“Kawan, aku punya seekor merpati, yang ku rawat sejak dia kecil. Bulunya bagus, setiap hari aku memandikannya. Tapi sayangnya, kemarin ada seekor kucing memangsanya. Untung aku melihat, ku tangkaplah itu kucing!” kata Pasha itu sambil membanggakan diri, karena berhasil menangkap kucing yang memakan merpatinya. Teman-temannya mendengar dengan serius.
“Aku marah sekali sama kucing brengsek itu!kamu tau aku apakan itu kucing?ha..ha…ha..haha…”, si Pasha itu tertawa bangga, teman-temannya semakin antusias dengan kelanjutan cerita.
“Aku ikat tali dileher kucing itu, aku gantung di pohon di depan rumah, sampai dia mati!ha..ha..ha..”.
Teman-temannya yang hadir semua tertawa, dan ada juga yang mengomentari komentar lucu, mereka pun tertawa kembali.
Sheikh amine yang hadir disitu hanya diam saja, di wajah beliau terlihat bahwa beliau tidak suka dengan perlakuan Pasha itu. Meskipun hanya seorang tentara biasa, beliau dengan berani memotong tertawa para Pasha itu.
“Tuan, anda telah membunuh makhluk Tuhan, sebuah nyawa, hewan yang memiliki hak untuk hidup, dengan bangga anda melakukan itu, dengan bangga anda menyiksa hewan itu. Kucing memangsa merpati, itu wajar tuan, itu adalah hukum alam. Kalau anda tidak mau merpati anda dimakan kucing, jaga dia baik-baik. Tuhan menciptakan naluri berburu seperti itu pada kucing saat lapar, itulah cara mereka bertahan hidup”. Kata sheikh Amine dengan suara yang agak keras.
“Anda sudah berbuat dosa, anda harus meminta ampun, dan bersedekah sebagai tanda taubat atas perbuatan anda tersebut. Kalau tidak, saya khawatir anda akan bernasib sama seperti kucing itu, mati di tiang gantungan. Saya serius Tuan”. Sheikh amine pun diam.
“Hahaha…Aslan, mana mungkin hal itu terjadi. Aku ini Jendral, aku hanya akan mati dengan peluru! Nggak mungkin aku mati di tiang gantungan!hahahaha”. kata Pasha sambil tertawa, diikuti kawan-kawannya.
“Lagian kamu juga tahu, kalau Hukuman militer itu tidak boleh digantung, tapi ditembak”. Lanjutnya.
“Tuan, kekuasaan Allah ada dimana-mana, Dia bisa berbuat apa saja”, kata sheikh Amine.
“Hahaha…Aslan…kamu terlalu membesar-besarkan masalah. Kucing sudha mati, biarkan saja. Apa yang kamu khawatirkan tidka akan terjadi Aslan..”. Kata Pasha sambil memegang bahu sheikh Amine. Aslan itu artinya singa, bahasa Turki. Panggilan untuk sheikh Amine, karena keberaniannya.
Hari-hari berlalu, sampai akhirnya dinasti ottoman runtuh. Suatu saat, Presiden baru Turki, Musthafa Kamal mengeluarkan keputusan bahwa setiap orang Turki dilarang memakai tarbush,
tarbush itu seperti peci di Indonesia, biasa dipakai oleh ulama ataupun pelajar Islam, tapi di jaman dinasti ottoman hal itu sudah menjadi biasa, namun dia tetap menunjukkan identitas muslim. Makanya dilarang oleh Pemerintah Turki saat itu. Akhirnya semua orang di turki tidak ada yang berani memakai tarbush lagi.
tarbush itu seperti peci di Indonesia, biasa dipakai oleh ulama ataupun pelajar Islam, tapi di jaman dinasti ottoman hal itu sudah menjadi biasa, namun dia tetap menunjukkan identitas muslim. Makanya dilarang oleh Pemerintah Turki saat itu. Akhirnya semua orang di turki tidak ada yang berani memakai tarbush lagi.
Pasha, seorang mantan gubernur itu dengan tenangnya dia memakai tarbush, tanpa mengindahkan keputusan presiden Turki. Karena dia merasa Mustafa kamal itu adalah teman seperjuangannya dulu pada masa perang dunia pertama.
Suatu sore, Pasha berjalan di jalanan kota Istanbul dengan memakai tarbush, orang-orang yang lewat melihatnya aneh, karena tarbush dilarang, tapi orang itu dengan pongahnya berjalan memakai tarbush, seakan tidak menghormati Presiden.
Pada saat yang sama, Presiden Musthafa Kamal keluar dari sebuah gedung bersama beberapa pengawalnya, dia terlihat sedang mabuk. Tapi meskipun mabuk, dia masih bisa mengeluarkan perintah apa saja. Tiba-tiba, presiden melihat dari jauh seorang laki-laki memakai tarbush merah, tak ayal lagi, dalam keadaan setengah sadar dia memerintahkan anak buahnya untuk menangkap orang itu.
“Siapa itu berani melanggar larangan Presiden!tangkap dia dan gantung dia di pinggir jalan Istanbul! Sekarang!”
Beberapa tentara langsung menuju Pasha dan menangkapnya, Pasha melawan, sambil mengatakan dia adalah gubernur, dia
adalah Pasha. Tapi tentara-tentara itu tidak peduli.
adalah Pasha. Tapi tentara-tentara itu tidak peduli.
“Lepaskan aku!!lepaskan! aku ini gubernur Damascus!” namun itu semua sia-sia.
Beberapa tentara membawa tali dan mengikatnya di pohon di pinggir jalan, dan Pashapun digiring ke bawah pohon, akhirnya leher Pasha diikat dan digantung di pohon tersebut.
Saat lehernya diikat dengan tali, Pasha meneteskan air mata, dia teringat kata-kata sheikh Amine dan kucing yang digantungnya di pohon di depan rumah, dia menyesali kenapa tidak memberi sedekah sebagai tanda taubat, dia menyesali kenapa meremehkan kekuasaan Allah dengan candaan dan tertawaannya itu.
Jasad Pasha yang sudah tak bernyawa itupun tergantung di atas pohon, eksekusi itu terjadi begitu saja, tanpa ada upacara, hanya berdasarkan keputusan Presiden yang sedang setengah sadar dan
emosi.
emosi.
Tiba-tiba Presiden sadar, dia melihat ke jasad yang tergantung itu… “ Owh!sialan! dia kan…dia…”. Presiden sadar apa yang telah dilakukannya karena dia mabuk,
“ Sialan! Kenapa aku se ceroboh ini! Aku telah membunuh sahabatku sendiri dengan tanganku!”.
Allah punya skenario yang tak pernah kita duga, berbuat salah itu wajar, bebruat maksiat memang sudah tabiat manusia, tapi bangga terhadap maksiat dan kesalahan yang kita lakukan itulah
dosa yang lebih besar, seakan-akan kita menantang Tuhan. Innallaha yumhil, walakin la yuhmil….Kalau Allah tidak menghukummu karena kesalahanmu, itu tidak berarti Allah lupa.
dosa yang lebih besar, seakan-akan kita menantang Tuhan. Innallaha yumhil, walakin la yuhmil….Kalau Allah tidak menghukummu karena kesalahanmu, itu tidak berarti Allah lupa.