SAMPAI sekarang tak ada habisnya perdebatan kapan Pancasila dilahirkan. Apakah tanggal 1 Juni 1945 ketika Soekarno berpidato dalam sidang BPUPKI , 22 Juni 1945 ketika BPUPKI menyepakati piagam Jakarta atau 18 Agustus 1945 ketika PPKI mengesahkan UUD 1945.
Saya tidak akan memasuki ranah perdebatan tersebut dalam tulisan ini. Saya hanya ingin menandaskan bahwa kita jangan pernah membenturkan antara Islam dengan Pancasila. Juga antara Islam dengan Bhineka Tunggal Ika, UUD 45 dan NKRI yang sejiwa dengan Pancasila.
Sekarang ini, masih ada orang kurang wawasan yang menyebarkan opini sesat bahwa kalau kita membela Islam berarti bukan membela Pancasila. Orang-orang yang hijrah dan berusaha mengamalkan Islam dengan kafah (termasuk dalam penampilan, seperti berjenggot, memakai gamis berjilbab dan bercadar) bukan penghasung Pancasila. Padahal yang ikut urun rembug melahirkan Pancasila di sidang-sidang BPUPKI/PPKI hampir seluruhnya orang Islam, bahkan sebagian adalah para ulama dan kyai.
Disebarkan opini bahwa membela Islam berarti radikal, intoleran, onta, kadal gurun, dan istilah bodoh lainnya. Seakan-akan orang Islam yang mendalami agamanya anti dengan keindonesiaan, kurang mengindonesia dan lebih cinta dengan “kearaban”, sehingga layak diusir dan disuruh pergi ke arab.
Mari kita baca sejarah dengan benar. Bagaimana hubungan Islam dengan lahirnya negara Indonesia. Dari jaman Mataram sampai tahun 1945 sebagian besar pahlawan kemerdekaan adalah muslim. Yang memberantas PKI (Partai Komunis Indonesia) juga sebagian besar muslim.
Lalu kita lihat dari sisi adat istiadat di banyak suku yang juga terpengaruh dengan Islam. Bahkan bahasa Indonesia juga sebagian memakai kosa kata dari arab (baca: Islam). Jadi memisahkan Indonesia dengan Islam ibarat memisahkan ikan dengan air. Mustahil!
Jadi jangan coba-coba membuat opini bahwa orang Islam anti Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Jangan coba-coba juga membenturkan umat Islam dengan pemerintah dan TNI/Polri. Mereka adalah anak kandung rakyat Indonesia yang sebagian besar juga beragama Islam. Bahkan ruh Bhineka Tunggal Ika sendiri diambil dari ajaran Islam. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (al Qur’an surah al Hujurat ayat 14).
Sebagai orang yang cinta Indonesia, justru umat Islam (yang mengerti agamanya) akan berusaha menjaga Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Siap berkorban jiwa raga untuk membuat Indonesia berdaulat serta tidak dijajah asing dan aseng. Terus berusaha membangun Indonesia yang bermoral dan bermartabat dan tidak terpengaruh budaya hedonis yang akan menghancurkan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila.
Jangan pernah ada di antara anak bangsa yang merasa lebih Indonesia daripada yang lain. Jangan pernah mencurigai orang-orang yang ingin mengamalkan Islam secara sungguh-sungguh dengan tuduhan terpapar radikalisme dan anti NKRI.
Singkatnya, jangan benturkan Islam dan umat Islam Indonesia dengan Pancasila. Sebab lima sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab Islam dan umat Islam Indonesia adalah rahmat bagi semesta alam.