Areej, sebut saja begitu, masih belum lupa saat Rita — seorang pembantu rumah tangga — datang ke rumah kali pertama. Suami Areej tak menyukai kehadiran pembantu, dan berusaha menghindari kontak dengan Rita.
Kini, Areej harus menghadapi kenyataan berbagi suami dengan Rita. Ia masih belum bisa memahami bagaimana sang suami, yang begitu anti-pembantu, berubah 180 derajat dan menikahi Rita.
Saudi Gazette menulis Areej adalah satu dari sekian ratus, atau mungkin ribu, istri yang ‘kecurian’ suami. Lainnya mungkin mencoba tak mengeluh. Areej berusaha menceritakan pengalamannya.
Menurut Areej, seperti dikutip Saudi Gazette, hari-hari pertama Rita di rumah tidak istimewa. Suaminya cenderung diam, dan tak berusaha kontak dengan Rita.
Seiring waktu, perubahan terjadi. “Suami saya sering berbicara dengan Rita, dan saya mulai curiga,” cerita Areej. “Saya semakin yakin suami saya berhubungan dengan Rita.
Areej memutuskan mengirim Rita kembali ke tanah air. Rita tidak bisa berbuata apa-apa. Ia pergi meninggalkan rumah majikannya.
“Lima bulan kemudian, Rita kembali ke Arab Saudi,” kata Areej. “Bukan sebagai pembantu rumah tangga, tapi sebagai istri resmi kedua suami saya.”
Areej berkesimpulan hubungan suaminya dengan Rita tidak berhenti setelah sang pembantu pulang ke tanah air. Hubungan itu terus berlanjut, tapi entah bagaimana.
Harian Al Riyadh berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengapa suami di Arab Saudi tertarik dengan pembantu rumah tangga, dan siapa yang harus dipersalahkan.
Pengalaman Samira Abdulmohsin lebih menarik. Ia mengambil pembantu dari Indonesia. Dua bulan kemudian, sang suami menikahi pembantu itu.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan suami saya. Pembantu saya tidak cantik dan berkulit bersih,” kata Samira. “Ketika saya ingin mengirim pembantu kembali ke negaranya, suami saya malah menjadikannya istri kedua.”
Badriya Khalid, yang punya pengalaman sama, sampai pada kesimpulan sebagian besar ibu rumah tangga di Arab Saudi lupa bahwa pembantu rumah tangga mereka juga punya perasaan, cita-cita, dan keinginan mendapatkan lelaki mapan.
“Setiap kali suami saya mengatakan yang baik-baik tentang saya, pembantu saya cemburu,” kata Badriya. “Saya tahu dari wajahnya.”
“Saya juga menemukan pembantu saya menggunakan make-up dan memakai gaun saya, ketika saya keluar rumah,” lanjutnya. “Pembantu sering berusaha menarik perhatian suami saya.”
Menurut Badriya, istri juga harus disalahkan jika suami mulai melirik wanita lain di dalam rumah. Lebih disalahkan lagi jika suami menjadikan pembantu sebagai istri kedua.
“Seorang istri harus merawat suami, dan tidak membiarkan pembantu mengambil alih,” ujarnya.
Dr Abu Bakar Baqadir, mantan profesor King Abdulaziz University, mengatakan lelaki Arab Saudi punya kepribadian rumit dan terlalu banyak menuntut perawatan dari istri.
“Jika istri gagal memperi perawatan yang dituntut, suami akan berpikir tentang pelayan,” kata Dr Baqadir. “Terlebih jika pembantu memamerkan kecantikan dan perhatian.”
Namun, menurut Dr Baqadir, bukan berarti istri-istri majikan di Arab Suadi harus bertindak sebagai pelayan dan melakukan semua kecuali mengurus suami. Istri, lanjutnya, harus memiliki hubungan yang kuat dengan suami, atas dasar saling menghormati dan cinta.
Lebih dari itu, istri-istri di Arab Saudi harus mampu memuaskan keinginan suami, dan berupaya agar suami melihat tidak ada wanita lain yang bisa memuaskannya kecuali istri.