Ketika Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ingin ikut perang riddah, beliau sudah naik kuda. Sayyidina Ali datang berjalan kaki dan memegang kuda sayyidina Abu Bakar, “Wahai Khalifah Rasulullah, tetaplah anda di Madinah, biar kami saja yang pergi berperang. Kalau kami syahid tidak masalah, tetapi kalau sampai anda kenapa-napa, siapa yang bertanggung jawab atas umat Rasulullah!”
Hal yang sama juga pernah dilakukan sayyidina Ali kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab saat beliau ingin ikut berperang ke luar Madinah bersama tentara Islam.
Suatu hari seorang laki-laki memperkarakan masalahnya dengan sayyidina Ali bin Abi Thalib di pengadilan sayyidina Umar bin Khattab. Keduanya pun hadir di pengadilan. Di pengadilan Sayyidina Ali duduk berjauhan dari laki-laki yang menuntutnya.
“ Abul Hasan, bangunlah dan duduk disamping yang menuntutmu”. Kata sayyidina Umar kepada sayyidina Ali. sayyidina Ali pun bangun dan duduk disamping laki-laki yang menuntutnya.
Pengadilanpun berjalan sampai selesai dan sayyidina Umar memutuskan keputusan yang adil. Selama pengadilan berjalan, sayyidina Umar melihat perubahan di wajah sayyidina Ali, sekan-akan tidak nyaman atau ada sesuatu.
“ Wahai Abul Hasan, apakah anda keberatan ketika aku menyuruhmu duduk disamping orang yang menututmu, aku melihat perubahan di wajahmu?”, kata sayyidina Umar.
“ Tidak wahai Amirul Mukminin, anda telah memanggil saya dengan nama kuniyah saya (Abul Hasan) di depan orang yang menutut saya, dengan itu anda telah memuliakan dan mengangkat saya di depannya”.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab pun bangun dan mencium kening sayyidina Ali dan berkata, “Engkau itu segalanya bagi kami, karena engkaulah Allah memberi hidayah kepada kami”.
Suatu hari, seorang Khawarij bertanya kepada sayyidina Ali, “Kenapa masa pemerintahan anda banyak terjadi perang dan gejolak diantara umat Islam? Tidak seperti pemerintahan khalifah-khalifah sebelumnya”.
Dengan tenang beliau menjawab, “Zaman Abu Bakar, Umar dan Usman, rakyat itu sepertiku, sedangkan zaman pemerintahanku rakyat itu sepertimu”.
Radhiallahu anishahabati ajmain…
Note:
1. Orang Arab memiliki nama panggilan Kuniyah. Kuniyah itu nama Abu Fulan bagi laki-laki, atau Ummu Fulan bagi wanita. Biasanya nama tersebut diambil dari anak laki-laki tertua. Misalnya seperti sayyidina Ali, anak laki-lakinya yang tertua adalah sayyidina Hasan, makanya beliau disebut Abul Hasan, artinya Bapaknya si Hasan. Standarnya mereka lebih senang dipanggil gelar Abu Fulan dibandingkan panggilan nama.
2. Terkadang, sebelum menikah dan punya anakpun mereka sudah menggelari dirinya Abu Fulan, Tafaaulan semoga setelah menikah dikarunia anak laki-laki dan diberi nama demikian.
3. Setiap wilayah memiliki kultur sendiri dalam penamaan, seperti Zadeh misalnya, Zadeh itu bahasa Persia, artinya ‘son of’, ‘daughter of’, ‘descendant of’ or ‘born of’, menunjukkan asal-usul yang diberi nama. Yusuf Kuzu Zadeh misalnya, Yusuf anaknya Kuzu. Atau Van, Van de, atau Van der dalam bahasa Belanda yang menunjukkan asal-usul.