HALIMAH YACOB, sosok wanita berjilbab berusia 60 tahun ini telah mengukir namanya di sejarah politik Singapura.
Ia adalah wanita pertama yang menduduki posisi Ketua Parlemen (DPR) dalam sejarah Republik Singapura, Ia juga menjadi ketua parlemen Singapura yang kesembilan, setelah Abdullah Tarmugi dan Michael Palmer, yang mundur pada 12 Desember 2012 akibat skandal perselingkuhan. Dilanjutkan oleh Halimah Yacob sejak 14 Januari 2013.
Selain itu juga sebelumnya Ia menjabat sebagai Parlemen Singapura pada 14 Januari 2013, Menteri Negara, Kementerian Pengembangan Komunitas, Pemuda, dan Olahraga sejak 21 Mei 2011 – 13 Januari 2013, dan Anggota Parlemen Singapura pada 3 November 2001.
Dipilih secara langsung oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Halimah secara aklamasi dipilih sesama rekannya di Parlemen untuk menduduki jabatan bergengsi itu.
Selain sebagai yang pertama, Halimah juga menjadi politisi wanita muslim dengan jabatan tertinggi di negeri yang 75 persen penduduknya itu dihuni etnis China itu.
Dalam pernyataan resmi pertamanya kepada Channel News Asia, Halimah menyampaikan bahwa dia akan menerapkan gaya kepempimpinannya sendiri.
Leadership style-nya itu akan didukung pengalamannya yang sudah lama di dunia politik selama dua dekade.
Dia berjanji akan memimpin parlemen dengan gayanya sendiri. “Peran sebagai ketua parlemen adalah untuk menjalankan prosedur dengan cara yang tepat dan efisien dan kami perlu banyak bekerjasama dengan para naggota parlemen, karena setiap orang punya peran untuk menjaga status, kehormatan dan martabat parlemen,” kata Halimah seperti dikutip Channel News Asia.
Belum jelas siapa yang akan menggantikan dia sebagai Menteri Besar urusan Sosial dan Pengembangan Keluarga.
“Saya akan bekerja keras untuk memastikan diskusi di parlemen berjalan dengan baik, terkontrol, dan efisien. Juga saya akan menjalin hubungan yang baik dengan anggota DPR yang ada,” jelas wanita politisi Melayu yang berasal dari Singapura.
Terpilihnya Sebagai Anggota Parlemen
Terpilih kali pertama sebagai anggota Parlemen tahun 2001, Halimah mewakili konstituensi Jurong hingga hari ini. Setelah pemilu tahun lalu, Halimah ditunjuk sebagai Menteri Muda Pengembangan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga. Dia juga menghabiskan 34 tahun hidupnya di organisasi buruh dan ikut aktif di komunitas Melayu Singapura.
Halimah tetap mempertahankan kesederhanaannya walaupun terpilih sebagai Ketua Parlemen, dengan jilbab rapinya. Beliau menyampaikan bahwa dia akan tetap tinggal di rumah susun yang sudah dihuninya selama 30 tahun.
Politisi yang merupakan lulusan hukum ini menggantikan Michael Palmer. Palmer mengundurkan diri bulan lalu menyusul skandal perselingkuhannya dengan salah satu staf lembaga People’s Association.
Selain itu juga, Ketua Parlemen Singapura Halimah Yacob juga pernah menghadiri pada acara Musabaqah Tilawah Al-Quran (MTQ) di Hub Islam Singapura di Braddell Road, Ahad (24/4/2016), mengatakan, ia mendorong komunitas Muslim untuk memahami makna sebenarnya dari Al-Quran dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Halimah Yacob, yang menjadi tamu kehormatan pada acara yang diselenggarakan oleh Dewan Agama Islam Singapura (MUIS), menekankan bahwa Islam mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan kesetaraan.
“Nilai-nilai seperti kasih sayang, keadilan dan kesetaraan merupakan kunci untuk kehidupan sehari-hari sebagai Muslim,” ujarnya, seperti disebutkan The Straits Times Singapore.
Halimah, Muslimah Singapura yang menjabat sebagai Ketua Parlemen sejak 2013, menambahkan bahwa penting untuk menegakkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat menghadapi tantangan dalam bentuk ideologi ekstremis yang menggunakan teks Al-Quran untuk membenarkan tindakan kekerasan mereka.
Prestasi Halimah Yacob
Sebagai seorang ibu yang bekerja dan dengan pengalaman dalam serikat pekerja, Halimah telah memperjuangkan kepentingan perempuan dan pekerja. Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan dia berbicara “dengan suara yang praktis, penuh kasih, membantu kita untuk membentuk kebijakan yang efektif dengan sentuhan manusia”. Dia adalah melayani terpanjang politisi Muslim perempuan di Partai Aksi Rakyat yang berkuasa.
Halimah berasal dari latar belakang yang sederhana, belajar hukum di University of Singapore pada beasiswa MUIS. Dia lulus pada tahun 1978 dengan gelar kehormatan dan dipanggil ke bar pada tahun 1981. Pada tahun 2001, ia mencapai Masters mertuanya dari NUS.
Pada wisuda, dia bergabung dengan Trades Union Congress Nasional dan berbagai direktur sekretariat pembangunan perempuan dan jasa hukumnya sebelum menjadi NTUC wakil sekretaris jenderal. Dia adalah Singapura pertama yang terpilih ke badan dari Organisasi Buruh Internasional.
Halimah telah bertugas di berbagai papan termasuk Perumahan dan Pembangunan, Tripartit Alliance tentang Fair Praktek Kerja, Tripartit Workgroup tentang Peningkatan Pilihan Pekerjaan untuk Perempuan dan Mendaki Sense.
Pada tanggal 23 Januari 2013, Dewan Nasional Layanan Sosial menamai dia penasihat pertama untuk memasuki nya “pemahaman yang luas dan mendalam dari keprihatinan tanah, bersama-sama dengan cara-cara praktis nya”.
Sebelum menjadi Ketua Parlemen Singapura, Halimah menjabat sebagai menteri negara di Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga. Dia adalah komite eksekutif pusat PAP.
Politisi ini dikenal bersuara vokal pada isu-isu sosial, mulai dari pelatihan untuk pekerja yang lebih tua dan kurang terampil untuk merawat orang tua hingga pentingnya perawatan sakit mental.
Dia mendukung pengaturan kerja yang fleksibel dan perawatan keluarga meninggalkan untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja. Dia juga berhasil berjuang untuk tunjangan kesehatan yang sama bagi PNSerempuan. (sumber:mirajnews.com)