Kami di Gontor itu diajari bagaimana caranya serius menerima tamu. Menyambut, memprsilahkan, menyuguhi, memberi sambutan, sampai menanyakan keperluan. Semuanya di ajarkan di Gontor. Tapi kami juga diajarkan bagaimana bersikap sangat tegas kepada para tamu yang ternyata merusak atau mencoba mengotori sistem yang sudah ada di Gontor. Bahasa lugasnya mungkin adalah, mencoba mengganggu tuan rumah.
Dulu dewa 19 dan Ahmad Dani pernah berkunjung ke Gontor. Awalnya diterima baik-baik. Tetapi ketika diberi kesempatan unjuk gigi di aula gedung pertemuan, para santri seperti “tersiihir”. Mereka berjingkrak-jingkrak. Berteriak-teriak mengkuti irama lagu. Tidak menghiraukan bapak Pimpinan yang ikut serta menyaksikan dengan tangan bergertar menahan marah. Akhirnya…
“Pulaaaang…!! Dewa 19 bubaar…!! Pergi…!!”
Keluar keputusan tegas….Dewa 19 di usir….
Beberapa bulan kemudian, ada rombongan Grup Band Padi yang datang tanpa di duga. Mereka bahkan ikut sholat jumat di emperan asrama (bukan di Masjid) karena mereka memang datang terlambat. Ketika selesai Jumatan mereka menghadap bapak pimpinan dan diterima dengan baik, bahkan ketika mereka juga diminta tampil sebentar di aula gedung pertemuan para santri juga terlihat sopan (mungkin karena pengalaman dewa 19 yang lalu), bahkan Pak Kyai pun menciba beradu tangkas bermain gitar dengan Mas Piyu. Begitu terkesannya Grup Band Padi dengan sambutan Gontor, mereka memberikan tiket Gratis bahkan VIP bagi para Guru yang ingin menonton pertunjukan mereka malam harinya di Stadion Batoro Katong Ponorogo.
Berbagai macam tamu datang ke Gontor. Ada yang terang-terangan seperti para menteri atau presiden atau Rektor Al-Azhar. Ada juga yang sembunyi-sembunyi seperti KH Hasyim Muzadi yang menjenguk puteranya pas di Gontor dulu. Semua di sambut, semua dipersilahkan. Bahkan seorang pendeta dari madiun sekalipun, dipersilahkan berkeliling pesantren melihat-lihat keadaan pesantren. Sehingga kekaguman sang pendeta lahirnya sebuah ucapan…
“…puji Tuhan…para santri ini berasrama dan bersiplin sepanjang waktu, mereka aktif berbahasa Arab dan Inggris sepanjang hari…ini bukan sekedar pondok biasa…ini adalah Pondok Modern…”
…jadi bahkan istilah “modern” yang melekat pada Gontor itupun berasal dari seorang pendeta….
Sekali lagi, bukanlah ajaran Gontor untuk menolak tamu yang memang berkunjung dengan silaturrahmi, ingin tahu pesantren, mempelajari pesantren, apapun aliran atau agama si tamu. Selama dalam kunjungan itu mereka berlaku sopan, tidak membuat hal-hal yang merusak situasi kondusif di Gontor. Bahkan kalau perlu ikut serta membangun spirit para santri yang tinggal di Gontor.
Ah…semoga kunjungan Presiden kali ini juga membawa keberkahan bagi Gontor. Keberkahan karena menyambut tamu, keberkahan karena menjalin silaturrahmi…..amien…