Salah satu watak manusia adalah kikir. Ia tidak ingin apa yang dimilikinya berkurang.
Allah swt berfirman,
قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ ۚ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا
Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut mengeluarkannya.” Dan manusia itu memang sangat kikir” (QS.Al-Isra’:100).
Sehingga banyak sedikitnya harta tidak menentukan seseorang menjadi dermawan ataupun kikir. Berapa banyak orang yang kaya raya tapi sangat pelit. Dan berapa banyak orang yang hartanya pas-pasan tapi tidak punya beban ketika berbagi.
Penyebab kekikiran adalah rasa takut hartanya akan berkurang dan habis. Karena itu Al-Qur’an memuji manusia yang bisa melawan watak yang satu ini.
Allah swt berfirman,
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS.At-Taghabun:16).
Ayat serupa diulang sebanyak dua kali untuk menegaskan bahwa siapa yang berhasil melawan kekikiran dalam dirinya adalah orang-orang yang beruntung.
Orang menjadi dermawan bukan karena ia tidak menyukai harta. Tetapi orang bisa menjadi dermawan karena ia mampu menundukkan kekikirannya.
Orang kikir menganggap dengan menggenggam tangannya rapat-rapat telah menjaga hartanya agar tidak berkurang. Tapi ternyata apa yang mereka lakukan ini malah akan membawa petaka dalam kehidupan mereka.
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
(QS.Ali ‘Imran:180).
Sementara kedermawanan adalah sebaliknya. Kedermawanan adalah salah satu sebab utama bagi kebahagiaan seseorang. Dengan mengeluarkan harta di jalan Allah, hartanya tidak berkurang tapi malah bertambah karena Allah berjanji akan membalas dengan balasan yang berkali-kali lipat.
Maka jangan pernah beranggapan, “Aku akan bersedekah ketika aku telah kaya.”
Ingatlah bahwa kedermawanan tak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Dermawan adalah sebuah karakter bagi mereka yang mampu mengalahkan kekikiran dalam jiwanya.