Suatu hari, seorang utusan Romawi dari Damascus datang ke Madinah, mengantar surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab, ketika sampai di Madinah, utusan itu mencari istana, seperti istana Gubernur-gubernur Romawi di Homs dan Aleppo, tapi dia tidak menemukan kecuali bangunan-bangunan biasa, rumah-rumah biasa.
Dia memberanikan diri bertanya, “Aku ingin bertemu Raja Islam,aku membawa surat dari Caesar di Damascus, dimana aku bisa menemui Raja kalian?”.
Seorang laki-laki di pasar yang ditemuinya itu menunjuk ke arah sebuah kebun kurma di ujung kota, “Kamu cari saja di kebun itu, biasanya jam segini beliau sedang istirahat siang”.
Sampai di kebun, utusan itu tidak menemukan seorang pengawalpun, layaknya Caesar kalau pergi berburu banyak pengawal dan kemah-kemah. Dia hanya melihat seorang laki-laki tua tidur di atas pelepah kurma, terlihat sangat lelap dalam tidurnya.
“Hai tuan, maaf mengganggu anda tidur, aku mencari Raja Umar bin Khattab, tahukah kamu dimana dia?”
“Ya, akulah Umar, ada apa?”
Utusan itu terperanjat, dalam hatinya bergumam, “Caesarku dikawal puluhan pasukan khusus di dalam istana, belum tentu bisa tidur nyenyak seperti Umar ini, di kebun, di atas pelepah kurma, tanpa pengawal! Hanya Pemimpin adil yang bisa seperti ini”.
“Ada apa?”, kata Amirul Mukminin sekali lagi, akhirnya utusan itu memberikan surat dari Caesar. Diapun pergi kembali ke Damascus membawa 1001 pertanyaan tentang pemimpin Islam.