Dr H Bachtiar Nasir Lc MM mengajak masyarakat Aceh untuk melupakan perbedaan-perbedaan yang tidak mendasar yang sering timbul dalam masyarakat. Dia mengatakan, orang yang paling buruk akalnya adalah orang yang menjadikan perbedaan sebagai permusuhan bukan suatu keniscayaan.
“Ada yang 11 rakaat ada 20 rakaat, ada yang pakai qunut ada yang tidak pakai qunut. Saya pernah dipaksa pakai tongkat jadi khatib, karena saya tidak pernah pakai tongkat jadi saya hampir jatuh karena salah tempatkan tongkat,” katanya.
Bachtiar menjelaskan, ketika seseorang mempunyai pemahaman yang menurut dia lebih baik, jangan paksakan orang lain mengikuti kehendaknya. Tapi, bertanyalah kembali kepada ulama yang lebih berkompeten untuk mengambil keputusan, termasuk perbedaan dalam merayakan Idul Fitri dan Idul Adha. “Ini ibadah sosial, jangan masing-masing ngotot dengan pendapatnya,” ujar dia.
Karena itu, Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College (AQC) ini mengajak masyarakat senantiasa menjadikan Ramadhan untuk instrospeksi diri dan memperbanyak amalan. Menurutnya, ada tiga capaian besar yang menjadi target sekaligus kelemahan umat dalam bulan Ramadhan.
Pertama, betapa ruginya seseorang apabila Ramadhan berlalu sementara Alquran belum menjadi cahaya dan bersenyawa dalam hatinya. Sedangkan orang-orang yang beruntung adalah mereka yang menjadikan Alquran prioritas utama untuk dibaca, dipelajari, dihayati kandungannya, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, orang-orang yang merugi ketika bulan Ramadhan berlalu dosanya belum diampunkan oleh Allah. Namun, sebaliknya seseorang menjadi orang yang dirindukan oleh surga padahal dia belum berada di dalam kubur, ketika orang tersebut bibirnya selalu basah dengan istiqfar pada setiap supertiga malam. “Tidak ada yang bisa memadamkan api neraka kecuali air mata taubatmu sendiri,” tandasnya.
Ketiga, orang-orang yang merugi ketika bulan Ramadhan berlalu, rahmat Allah belum juga tercurah kepadanya. Menurutnya, tidak ada yang terpenting yang dicari dalam dunia ini kecuali mendapat cahayanya Alquran.
“Apa yang membuat kita terbebas dari siksa api neraka adalah Alquran. Kalau masih ada di antara kita belum baca satu juz pun, jangan putus asa, bacalah Alquran dan mohon kepada Allah agar diturunkan rahmat Alquran kepada kita,” sebut alumnus Pondok Pesantresn (Ponpes) Modern Gontor Ponorogo dan Ponpes Daarul Huffazh, Bone, Sulawesi Selatan ini.
Selain itu, tambahnya, jadikan bulan Ramadhan sebagai momentum bulan masuk surga sekeluarga. Menurutnya, puncak keistimewaan sebuah rumah tangga ketika kepemimpinan di dalam rumah tangga dilakukan dengan ketaqwaan. “Budayakan baca Alquran dalam rumah, insya Allah keluarga itu mendapat jaminan dari Allah untuk masuk surge,” demikian Bachtiar.