Satu Media.net- Tak mudah memperoleh kesuksesan di usia muda, apalagi bila disertai dengan prestasi akademik yang membanggakan. Namun, hal itu sesuatu yang mungkin bagi Roja Fitridayani. Gadis asal Jambi ini berhasil meraih kesuksesan dalam usia yang masih sangat muda, yakni 23 tahun.
Roja, begitu ia biasa disapa, memilih bisnis hijab untuk dipasarkannya secara online. Mahasiswi yang cum laude dengan IPK 4 saat lulus dari Fakultas Bisnis & Manajemen Universitas Widyatama itu menekuni bisnis hijab sejak Agustus 2012.
Saat ini, Roja sudah mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah tiap bulannya. Namun, semua itu tidak didapatnya dengan mudah. Ia merintis dengan sabar. Tahap demi tahap, mulai dari produksi, quality control, packaging, hingga pemasaran.
Bisnis hijab online ini sesungguhnya dijalani Roja secara tak sengaja. Berawal dari keinginannya memiliki pashmina untuk kesehariannya, Roja yang kala itu masih duduk di bangku kuliah semester 4 di Bandung, merasa terlalu mahal untuk memilikinya.
“Jadi waktu itu akhirnya saya cari bahan pashmina dengan kualitas yang sama seperti dijual di online shop. Saya beli di sebuah tempat di Bandung dan akhirnya saya bawa ke tukang jahit. Bahan itu ternyata bisa dibagi menjadi dua pashmina, karena saya ingin warna yang berbeda-beda, saya jadi bingung sisa satu lagi ini mau saya kemanakan,” kata Roja.
Ide untuk menjual pashmina tiba-tiba terbesit. Hingga akhirnya ia membuat online shop melalui media sosial Instagram dengan nama Hijab Princess.
Awalnya, ia menjual hijab hanya sesuai orderan, agar produksi tak menumpuk. Jika online shop lain mematok harga Rp50 ribu per buah, ia menawarkan harga lebih murah, yakni Rp35 ribu untuk satu pashmina.
Tak dinyana, bisnisnya laris manis, perlahan kesuksesan pun diraih. “Strategi saya memang harga harus lebih murah dari yang lain, tapi kualitas sama bagusnya,” ucapnya.
Tahun 2013, Oja mulai membangun bisnisnya lebih serius. Tanpa promosi dari mulut ke mulut, ia mantap memajukan usahanya dengan mempekerjakan dua orang sebagai admin untuk menerima orderan. Dengan begitu, dara manis ini bisa lebih fokus mengontrol pemasaran.
Suatu hari, Roja tak sengaja menemukan bahan diamond georgette italiono yang diimpor langsung dari India. Ia pun kemudian menamakan hijab buatannya itu ‘Hijab Diamond Italiano’. Dengan pilihan lebih dari 30 warna, hijab itu langsung ‘meledak’, laku keras dan terkenal hingga ke seantero Nusantara.
“Sejak ada diamond italiano di tahun 2013, pertama jual itu untuk 1.000 buah, biasanya terjual selama satu minggu. Kalau sekarang, 1.000 buah itu bisa sold out hanya dalam hitungan sekitar 30 menit. Jadi dalam sehari saya minimal harus sedia 1.000 buah, bagusnya sih 3.000 buah agar pembeli nggak marah-marah kalau kehabisan,” ungkapnya.
Tanpa disangka omzetnya kian melonjak hingga lebih dari Rp100 juta di akhir 2013. Jumlah omzet yang diraupnya cenderung stabil dan terus bertambah. Bahkan di awal tahun 2015 ini omzetnya melambung tinggi hingga lebih dari Rp450 juta. Produksi Hijab Princess juga sudah mencapai puluhan ribu pashmina per bulan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Roja kini telah memiliki 16 pegawai dan tempat konveksi sendiri untuk memajukan usahanya. Ia juga sudah memiliki butik di Bandung dan mempunyai dua distributor resmi yang mempunyai outlet di Batam dan Kalimantan Timur. Sementara reseller produknya sudah meluas di seluruh Indonesia. Bahkan ia juga telah memiliki pelanggan dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Ia pun tak mengira, online shop yang didirikannya semakin besar. Hingga saat ini, akun Instagram @hijabprincess sudah memiliki pengikut hingga lebih dari 100 ribu pengguna Instagram.
“Aku juga nggak menyangka bisa selaris ini bisnis melalui online, mungkin juga karena aku selalu ramah dengan semua pelangganku,” tuturnya.
Masih banyak mimpi yang ingin diwujudkan anak kedua dari tiga bersaudara ini, sembari terus memperbaiki kualitas pelayanan bisnisnya. Kepada para generasi muda yang hendak memulai bisnis ia berpesan agar jangan meremehkan sesuatu yang dianggap biasa.
“Kalau ada keinginan (untuk berbisnis) diikuti saja, meski bisnisnya cuma dianggap biasa. Lama-lama tak sadar bisnisnya sudah mencapai kesuksesan,” kata mahasiswa Master of Business Administration Institut Teknologi Bandung itu.