Kagetnya warga Amerika atas kemenangan Donald Trump, hingga terjadi berbagai kekacauan diberbagai kota di Amerika karena satu sebab utama yaitu suara GOLPUT alias pemilih yang tidak memilih adalah 43,2 persen
Daftar pemilih tetap pilpres Amerika adalah 231.556.622, namun yang menyalurkan suara hanya 131.741.000 orang pemilih, artinya ada 99.815.622 suara yang memilih menjadi golput alias tidak memilih
Di negara yang dikenal sebagai sebuah negara asalnya demokrasi, tingginya angka Golput adalah ibarat buah yang kini dipetik akibat kemuakan warga Amerika itu sendiri kepada kebijakan politik dan sikap politisi yang ada di Amerika.
Rasa muak dan tidak peduli akan pemilihan Presiden, dan akhirnya menjadi aneh ketika sebagian besar warga amerika menjadi ‘kaget’ ketika hasil pilpres ternyata dimenangkan oleh calon kontroversial seperti Donald Trump.
Harusnya, Negera yang menganut paham demokrasi, apapun hasil yang terjadi adalah hasil yang menjadi pembuktian, bagaimana politik di Amerika sendiri kini seolah menjadi momok yang menakutkan karena tak jauh dari kebijakan perang dan kebijakan kapitalisme pada pasar yang diakibatkan perang seperti minyak dan senjata.
Warga Amerika mulai apatis terhadap situasi perpolitikan dan pemerintahannya sendiri, maka terpilihnya seorang Donald Trump adalah sebuah realitas politik yang harus diterima oleh warga Amerika itu sendiri.
Begitu kuatnya pengaruh suara golput atau (pemilih yang tidak ikut mengeluarkan suaranya) pada pilpres Amerika, hingga mampu membuat calon seperti Hillary Clinton yang didukung semua pihak akhirnya harus terjungkal oleh kedigdayaan toloh kontroversial seperti Donald Trump.
Yang menjadi pelajaran dari pilpres amerika adalah bisa terjadi pada pilkada di DKI Jakarta, seandainya suara golput menjadi suara tertinggi atau pemenang, maka mungkin bisa dipastikan calon petahana akan terpilih kembali.
Oleh karena itu jangan golput dengan alasan apa pun! Jangan juga golput dengan alasan demokrasi haram, sehingga tidak memilih.
Sumber: Lingkaran News