Saya diminta membuat sebuah Tulisan yang menceriterakan mengenai sosok Heeppy Chandrayana, mantan presenter suara Gotor FM, adik kelas saya, yang sekarang sudah menjadi seorang Motivator, MC sampai Istana negara, seorang dai pula, dan juga seorang yang suaranya dipakai diapakai sebagai presentercdalam beberapa iklan.
Saya bingung mau memulai darimana, karena Chandra yang saya kenal dulu, jelas berbeda dengan chandra yang sekarang. Maka sayapun memulai tulisan saya dengan bagaimana sebuah pesantren mendidik seorang Cahndar yang dulu bukan siapa-siapa, menjadi orang yang diperlukan oleh banyak orang. Yanfa’ (bermanfaat) li an-naas (bagi manusia).
Candra ketika masuk ke Gontor, saya yakin belum tahu apa-apa. Sebagaimana para santri lain yang ke Gontor. Apa yang diperbaiki oleh Gontor pertama kali?? MENTAL !! Para santri yang pemalu, tidak percaya diri, malu bicara, malu tampil, malu menampakkan diri kemduian dicampur dengan santri lain yang sudah tidak malu-malu lagi. Mereka mulai diajari “manggung” di cara apel tahunan, di cara aneka ria nusantara, di acara panggung gembira. Dan di beberapa acara lain yang disitu para santri menampilkan siapa diri mereka sesungguhnya.
Yang tidak mau tampil? Dipaksa !! Biar mentalnya terbentuk maka terkadang harus dipaksa!! Paksaan untuk pendidikan. Paksaan untuk pengajaran. Nah, mulai disinilah saya yakin pembentukan buat santri dimulai. Bagi soerang candra, bisa jadi awal mula penampilannya yang membuat dirinya percaya diri adalah ketika dia tampil di acara “sisingaan” di apel tahunan.
Maka munculah kebaranian di dadanya. Mualilah muncul percaya dirinya. Tidak ada yang pantas membuat dia minder disini. Disini semunya sama, dididik dan ditempa di palagan yang sama. Mental inilah modal pertamanya. Percay diri inilah yang menjadi tolak ukur perkembanganya. Selanjutnya, betul-betul…terserah anda…
Saya juga sangat yakin bahwa candra kemudian jadi MC Muahdoroh. Karena di Gontor pendidikan adalah dengan penugasan. Dengan ditugasi sebagai PC Muhadoroh maka dia mulai belajar dan diajari menjadi MC ala Gontor. Intonasinya, cara bicaranya, nada suaranya, tawa dan candanya, kesopanannya, mulai diasaha disini. Beruntunglah candra karena dia kangsung menyadarai bawha passion dia disitu. Kemudan jadi MC di acara Drama Arena. Lebiah luas dia mulai belajar bagaimana menghadapi hadirin dengan berbagai macam latar belakang.
Bagaimana mengusai panggung, “menyihir” penonton dengan menggiring mereka ketika panggung facum, dengan menawan membawa perhatian hadrirn untuk sebuah acara yang idak biasanya tampil, dan sebagainya. Disinilah candra mulai “merubah” dirinya. Dia meposisikan dirinya bukan lagi sebagai sekedar santri, tapi santri dengan bakat MC yang mumpuni. Puncak dari pembelajaran di medan santri adalah sebagai MC Panggung Gembira.
Disinilah mental yang sudah tertata itu muncul dengan kreasi dan pola nilai baru dari dirinya. Bagamana memimpin sebuah pertunjukan yang menjadi tolak ukur sebuah acara sebesar Khtbatul Arsy yang diikuti oleh seluruh santri di Darussalam ini. Membawakan acara di depan Pimpinan Gontor dan ara Guru senior, jelas bukan sembarangan.
Pak Kyai sangat tahu standar kulitas seorang MC ketika membawakan acara. Seluruh guru juga sangat faham bahwa sedikiti kesalahan dilakukan oleh Mc termasuk suaranya kurang lantang misalnya, bisa “dihabisi” pak Kyai saat itu juga. Tapi mental candar sudah terbina, dia mampu tampil dan membawa penggung gembira sebagai pertunjukan terbaik di Khutbatul Arsy tahun itu.
Langkah pedidikannya beluam berhenti. Ketika menjadi Guru, dia menjadi salah satu penyiar Radio Suara Gontor yang boleh dibilang sukses mendunglang pendengar. Disini dia kembali didikan untuk bersuara didepan Micropon, tanpa hadirin.
Bagaimana menguasai seakan-akan didepannya ada pendengar lalu memberikan hiburan yang menghibur dan mendidik. Lebih tidak mudah lagi karena apa yang saya ceritakan sebagai pendengar diatas adalah ada di daya khayal penyiar. Disini tantangannya. Mampukah Candara?? Pelan tapi pasti dia mampu memegang kendali, bahkan menjadi salah satu penyiar favorit di suara gontor FM versi Matbah Am.
Ada satu pendidikan lagi yang di berikan Gontor kepada candra, ketika berduet dengan saya di pementasan Mahadasa. Sebuah penampilan Guru-guru Gontor yang dikemas dengan santai namun teratur. Disini MC harus lebih bisa berbicara santai, tidak terlaku serius, humanis, tapi tidak boleh mnurunkan wibawa sebagi Guru di Gontor. Disinilah candra beul-betul menunjukkan profesinalismenya sebagai Mc.
Kami membawa Mahadasa kepada situasi yang sangat penuh canda, tawa, namun sama sekali tidak kehilangan kewajiban kami untuk menjaga wibawa kami kepada ustadza yang lain. Jadilah candra sebagai Mc terbaik di Gontor waktu. Ditambah satu pendidikan lagi, yaitu menjadi MC ketika presiden Indonesai datang ke Gontor. Tertata, Rapi, Berwibawa, Mantap suaranya, dan harus berurutan acaranya. Sangat detail karena diperhatikan oleh Paspamres, di ulang berkali-kali, dilatih berulang-ulang, sampai akhirnya dia berhasil menyelsaikan pendidikan MC yang penuh liku itu di Gontor.
Ketika diluar sekarang, tentu saja tidak mengherankan kalau dia tumbuh menjadi MC berbekal berbagai pendidikan yang dia dapat di Gontor. Menjadi Da’i berdasarkan kemampuannya mengusai penontotn, menjadi Motivator setelah mendapatkan pendidikan memotivasi orang di Radio Suara Gontor Fm, dan menjadi Guru yang bisa dijadikan teladan karena tentu saja pengalamannya sebagai Guru selama 6 tahun di Gontor.
Akhirnya, dia berhasil sekarang. Menempatkan dirinya sebagai salah satu MC terbaik, menjadi da’i tenar, dan menjadi Motivator handal. Chandra sudah berubah. Sangat berubah, dan siap berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih bermanfaat di masa mendatang. Siapa tahu kelak dia bisa membuat sebuah acara di Tivi sekelas Operah Winfrey. Atau setidaknya membuat sebuah temu wicara yang masyhur dengan konteks namanya seperti “mata najwa” yah..mungkin diganti menjadi “bibir chandra”..atau semacam itu lah…