Yogyakarta, selain terkenal sebagai kota wisata dan kota pelajar, sebenarnya juga dikenal sebagai salah satu daerah yang banyak menyimpan cerita misteri. Masih kentalnya aroma paganisme berwujud laku tirakat atau budaya lainnya, membuat dunia mistis seolah menjadi dekat dengan kegiatan masyarakatnya.
Tidak jarang ada cerita misteri yang muncul di beberapa daerah di sekitar Yogyakarta. Salah satunya adalah cerita misteri yang cukup unik untuk disimak yang ada di Yogyakarta adalah adanya desa Kasuran. Nama desa ini unik karena penduduknya tidak ada yang tidur beralas kasur. Tentu, misteri desa tanpa kasur ada penyebabnya.
Kasuran merupakan salah satu dusun yang terletak di barat daya Kabupaten Sleman. Kampung seluas kurang lebih 17 hektar ini masuk ke dalam wilayah Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan.
Tak ada yang berbeda dengan kampung lainnya di Sleman, hanya saja warga Dusun Kasuran memiliki pantangan unik yakni tak akan pernah tidur dengan menggunakan alas kasur. Kebiasaa itu pula yang kemudian menjadikan kampung ini dinamai Dusun Kasuran.
Kepala Dusun Kasuran Wetan, Desa Margomulyo, M Noor Shidiq mengatakan, kebiasaan itu berlaku bagi seluruh warga Kasuran, termasuk pendatang. Menurut cerita dari mulut ke mulut, mitos bermula dari pasutri Kiai Kasur dan Nyai Kasur. Keduanya adalah pengikut Pangeran Diponegoro. Sebagaimana diketahui Perang Diponegoro terjadi pada tahun 1825-1830.
Konon, Kiai Kasur ingin tetap ikut Diponegoro, sementara Nyai Kasur melarang. Karena perbedaan pendapat, keduanya pisah ranjang. “Mereka kemudian bersumpah dan kata-kata itu keluar bersamaan, untuk tidak tidur di kasur atau tidur enak sebelum cita-cita Pangeran Diponegoro tercapai,” kata M Noor Shidiq di rumahnya, di Dusun Kasuran Wetan, Jumat (27/2/2015).
Sejak sumpah itu, Kiai Kasur dan Nyai Kasur tak pernah tidur di kasur. Mereka hidup terpisah. Jadi lah dusun Kasuran Wetan dan Kasuran Kulon. Keturunan mereka memegang ‘sumpah’ itu. Hingga saat ini tak ada warga yang tidur di kasur kapas.
Menurut kabar yang beredar, warga yang secara sengaja melanggar apa yang sudah menjadi kepercayaan di desa tersebut tidak bisa terhidar dari mara bahaya. Ada banyak contoh kasus yang terjadi dan penderitaan warga yang membuat warga lain merasa was-was dan ketakutan.
Dulu, ada warga yang tidak mengindahkan kepercayaan ini dan ia tetap tidur dengan kasur kapuk. Efek yang mereka dapatkan pun bermacam. Warga yang tidak percaya tersebut ada yang buta, gila bahkan hingga meninggal.
Tentu saja, kejadian yang muncul tersebut membuat bulu kuduk warga sekitar menjadi merinding. Mereka yang selamat pun memilih bertahan dengan kepercayaan mereka selama berpuluh tahun hingga desa mereka terkenal dengan sebutan desa tanpa kasur seperti sekarang ini.
Ada cerita lain yang juga perlu di simak yang muncul di tengah masyarakat dusun Kasuran tersebut. Dulu, pernah ada seorang bidan pindahan yang menempati rumah di dusun tersebut. Untuk pemeriksaannya, ia menggunakan kasur kapuk. Naas, kehidupannya sangat menderita. Kedua anaknya selalu bertengkar dan hampir saling membunuh.
Ketika itu, ada sesepuh adat datang dan menjelaskan perihal kepercayaan di desa tersebut. Ketika kasur kapuk dibuang, anehnya kedua anak tersebut menjadi rukun.
Alhasil sampai sekarang mayoritas warga Kasuran yang berjumlah 179 KK tersebut baik yang kaya maupun ekonominya biasa saja, baik warga asli maupun pendatang tidak menggunakan kasur sebagai alas tidur.