Utusan Joko Widodo untuk Timur Tengah, Alwi Abdurrahman Shihab, dalam sebuah wawancara dengan media Mesir, al-masryalyoum, mengatakan bahwa menyebut langkah As-Sisi yang sudah membunuh ribuan nyawa Kaum Muslimin Mesir sebagai tindakan yang tepat.
Alwi Shihab juga mengatakan bahwa sepak terjang Ikhwanul Muslimin justru semakin menjelaskan kepada dunia kekeliruan mereka dari prinsip-prinsip Islam yang luhur dan keterlibatan mereka dalam terorisme.
Berikut ini petikan perbincangan wartawan al-masryalyoum, Fadi Fransis yang di alihbahasakan oleh Nashih Nashrullah dari republika.co.id :
1. Apa motif kunjungan Anda ke Mesir dan apa saja topik perbincangan Anda dengan Presiden As-Sisi?
Saya datang ke Mesir untuk mengundang Presiden As-Sisi hadir dalam Peringatan ke-60 berdirinya Konferensi Asia Afrika yang akan berlangsung di Bandung April ini. Saya juga membawa pesan dari Presiden Joko Widodo tentang keinginan negara kami mengembangkan hubungan bilateral kedua negara. Pesan ini disambut baik oleh As-Sisi. Tetapi, As-Sisi meminta maaf tak bisa hadir dan berjanji mengutus delegasi tingkat tinggi. As-Sisi sendiri akan bertandang ke Indonesia akhir tahun ini. Perbincangan kami membahas berbagai persoalan, yang paling pokok adalah bagaimana menghadapi terorisme, apalagi Mesir dan Indonesia memiliki kesamaan arah pemikiran.
2. Apakah kedua negara ingin bernostalgia dengan kejayaan hubungan kedua negara di masa lalu?
Saya rasa begitu. Ada keinginan besar dari kedua pihak untuk menghidupkan hubungan masa lalu yang mencapai puncaknya pada masa dua pemimpin besar, Gamal Abd el-Naser dan Soeharto. Presiden Jokowi ingin bekerjasama dengan As-Sisi utuk saling bertukar pengalaman dan menghidupkan ruh yang tulus dan kuat itu. Karena itu, kita ingin menguatkan hubungan di berbagai levelnya.
3. Apakah kalian juga berencana mewujudkan koalisi internasional bersama Mesir untuk menghadapi terorisme seperti masa lalu?
Tentu kita menyambuat baik rencana terseut, terutama di Mesir ada institusi keagamaan terpenting di dunia, yaitu Al-Azhar yang dianggap sebagai gerbang utama dunia melawan terorisme, melalui pemikiran moderat. Apalagi organisasi teroris radikal telah mencederai prinsip-prinsip Islam yang luhur.
4. Menurut Anda, apa sebab utama maraknya terorisme dan munculnya ISIS?
Semua orang saya rasa mengetahuinya, sebagian kekuatan Barat berambisi meruntuhkan umat Islam karena mereka menyadari betul kekuatan Islam dan takut bersaing secara sehat. Saya tidak ingin secara tegas menuding Barat sebab terorisme, pendapat saya sekadar kesimpulan alami dari realita yang ada. Namun, kritik pertama tentu tertuju pada umat Islam itu sendiri. Mereka membiarkan kelompok radikal menyebar di negara mereka mengatasnamakan agama, mereka tidak berupaya memberikan pencerahan dan penyadaran untuk warga mereka sendiri. Kami di Indonesia juga menghadapi kelompok ekstrem, tetapi kita akan tegas menghadapi mereka.
5. Apakah Anda mendukung aksi militer menumpas ISIS?
Organisasi-organisasi teroris beroperasi memakai kekerasan dibekali dengan persenjataan yang beragam, karena itu, aksi militer perlu ditempuh menghadapi siapapun yang mengancam stabilitas nasional. Namun, di sisi lain, solusi ini bukan satu-satunya cara, harus menyadarkan warga dengan pemikiran yang moderat. Ini akan memicu munculnya generasi yang sadar dan mencerminkan Islam yang luhur. Oleh karenanya, saya tegaskan sekali lagi pentingnya peran Al-Azhar.
6. Menurut Anda, bagaimana dengan Revolusi 30 Juni 2013 (revolusi ini berujung pada lengsernya Mursi)?
Revolusi 30 Juni menggagalkan upaya pemecahbelahan Mesir. Tuhan membimbing As-Sisi menjaga persatuan Mesir dari bahaya perpecahan. Saya yakin rakyat Mesir saat ini merasakan ketenangan penuh di bawah kepemimpinan As-Sisi yang mengupayakan kebangkitan hakiki untuk negaranya.
7. Lantas bagaimana Anda melihat Mesir di bawah pemerintah Ikhwanul Muslimin?
Ada banyak kesalahan besar yang dilakukan oleh rezim IM. Mereka menginginkan perubahan mendasar dalam tatanan masyarakat Mesir, sedangkan manfaatnya cuma kembali ke golongan mereka sendiri, IM juga ingin mengubah identitas Mesir, tetapi rakyat Mesir mencatat sejarah mereka sendiri dengan aksi turun ke jalan pada 30 Juni. Aksi ini dianggap sebagai revolusi rakyat terbesar dalam sejarah yang hendak menjaga persatuan negara, As-Sisi tanggap menerima keinginan rakyat itu.
8. Apa sikap Indonesia terhadap IM?
Ada sebagian kecil kalangan di Indonesia yang menilai IM bukan kelompok teroris, tetapi mereka berubah pikiran dan mulai berpendapat IM telah melenceng dari prinsip-prinsip pergerakan awal mereka. Kekacauan dan aksi teror yang mereka tunjukkan menunjukkan kesalahan mereka dari prinsip-prinsip Islam yang luhur. Dan rakyat Mesir telah memperlihatkan kepada dunia, IM teroris. Buktinya, mereka bergandeng tangan dalam Revolusi 30 Juni untuk menyelamatkan Mesir.
Sumber: Republika.Co.Id
.