Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabary (310H) rahimahullah dalam kitab tafsirnya pada surah Al-An’aam ayat 91 no.(13571) 4/3257:
Sanad hadits ini lemah, karena Ibnu Humaid (248H) nama lengkapnya Muhammad bin Humaid At-Tamimy[1] periwayatan haditsnya lemah.
Selain itu Sa’id bin Jubair (95H) adalah seorang tabi’iy tidak pernah bertemu dengan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dengan demikian sanadnya mursal (terputus).
Hadits ini juga diriwayatkan dari perkataan Ka’ab Al-Ahbaar radhiyallahu ‘anhu. Diriwayatkan oleh Ibnu Ma’in (233H) rahimahullah dalam kitabnya “At-Taariikh” no.(4069) 4/222:
Tapi sanadnya juga lemah karena ada rawy yang tidak disebutkan namanya (mubham), dan Muhammad bin Abi An-Nawwar[3]; Abu Hatim (277H) mengatakan: Aku tidak mengenalnya.
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabary dalam kitabnya “Tahdzib Al-Atsaar” no.(515) 1/303:
Dalam sanadnya ada rawy yang bernama Yazid bin Qaudzar Al-Masry[4]; Ibnu Hibban mengagapnyatsiqah (haditsnya sahih), sedangkan Imam Bukhari (256H) dalam kitabnya At-Tarikh Al-Kabiir, Ibnu Abi Hatim (327H) dalam kitabnya Al-Jarh Wa At-Ta’diil hanya menyebutnya tanpa menghukumi ia lemah atau tidak.
Dalam sahih Bukhari dan Muslim (261H), dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu; Rasulullahsallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup di masaku, kemudian masa setelahnya, kemudian seetelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka ke-gemukan”.
Dalam riwayat sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.”
Imam Qurthubi (671H) rahimahullah berkata: Hadits ini adalah celaan bagi orang gemuk, karena gemuk yang disengaja disebabkan karena banyak makan, minum, santai, foya-foya, selalu tenang, dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya sendiri dan bukan hamba bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan terjerumus kepada yang haram, dan semua daging yang tumbuh di badannya dari yang haram maka neraka adalah tempat yang tepat yang layak baginya. Allah -subhanahu wa ta’aalaa- telah mencela orang kafir karena banyak makan, dalam firman-Nya:
Maka jika seorang mukmin meniru mereka dan menikmati kenikmatan dunia setiap saat, lantas dimana hakikat keimanan dan pelaksanaan Islam pada dirinya? Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur. [Jami’ li Ahkam Al-Qur’an 13/394]
Dalam hadits lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Imam An-Nawawi (676H) rahimahullah mengatakan: Hadits ini adalah celaan bagi orang yang gemuk. [Syarah sahih Muslim 17/129]
Ja’dah Al-Jusyamy radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenunjuk perut seorang yang gemuk dan berkata:
“Seandainya ini bukan di sini, pasti akan lebih baik”. [Mustadrak Al-Hakim: Sanadnya bagus]
Imam Syafi’iy (204H) rahimahullah berkata: Sama sekali tidak akan beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan Asy-Syaibany (189H).
Imam Syafi’iy ditanya: Kenapa demikian?
Beliau menjawab: Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti ia sama saja dengan hewan.
Kemudian Imam Syafi’iy menceritakan kisah seorang raja yang sangat gemuk sampai tidak bisa berbuat apa-apa. Sang raja mengumpulkan para dokter dan berkata: “Carilah cara untuk mengurangi berat badanku”. Akan tetapi tidak seorang dokterpun yang bisa memberi solusi.
Kemudian sang raja mendengar tentang seorang yang pandai, beradab, bisa mengobati, dan meramal. Lalu sang raja mengutus seseorang kepadanya meminta pengobatan dan akan diberi kekayaan.
Orang pintar berkata: “Semoga Allah menyembuhkan sang raja, saya adalah seorang dokter dan peramal, maka berilah saya kesempatan malam ini untuk melihat nasib yang mulia, dan obat apapun yang sesuai dengan ramalan nasib yang mulia maka akan aku berikan”.
Keesokan harinya, orang pintar berkata: “Wahai sang raja, beri aku perlindungan!”.
Raja menjawab: “Jangan takut, kamu akan aman”.
Orang pintar berkata: “Aku telah melihat ramalan yang mulia dan menunjukkan bahwa umur yang mulia hanya tinggal satu bulan. Maka terserah yang mulia, apakah masih mau aku obati atau tidak. Dan kalau yang mulia tidak percaya, maka tahanlah aku disini. Jika perkataanku benar, maka bebaskan aku. Dan jika tidak, maka hukumlah aku”.
Lalu sang raja menahannya, kemudian pergi menyendiri jauh dari rakyatnya. Perasaan risau terus menghantuinya, ia terus menunduk tidak pernah mengangkat kepala, menghitung hari demi hari sisa hidupnya. Makin bertambah hari berlalu, makin bertambah pula rasa cemasnya. Sampai akhirnya ia menjadi kurus, setelah berlalu 28 hari.
Kemudian sang raja memanggil orang pintar tersebut dan berkata: “Bagaimana menurutmu?”
Orang pintar berkata: “Semoga Allah memuliakan sang raja, saya lebih hina dihadapan Allah untuk mengetahui yang gaib. Dami Allah umur saya pun tidak aku ketahui, lalu bagaimana mungkin aku mengetahui umur yang mulia? Aku sama sekali tidak punya obat kegemukan kecuali rasa khawatir dan cemas, dan aku tidak bisa membuat yang mulia merasa cemas kecuali dengan cara ini.
Akhirnya tubuh sang raja tidak gemuk lagi, dan orang pintar tersebut diberi hadiah yang baik.[5]
Umar bin Khattab ra. pernah bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya, “Kenapa perutmu besar seperti ini?”, tanya Umar bin Khattab ra.
“Ini karunia dari Allah.”, jawab orang tersebut.
“Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!”, seru Umar. Ia pun melanjutkan, “Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia. Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.” Wallahu a’lam !