Bukan saya yang bilang, tapi Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib. Ada sebagian masyarakat yang sering bertanya-tanya: “Syekh Al-Azhar itu banyaK banget ya, Ustadz? Kemarin di sini ada kedatangan Syekh Al-Azhar, terus dengar juga di tempat lain ada Syekh Al-Azhar.”
Saya jawab: “Betul. Syekh-syekh Al-Azhar itu banyak. Dan mereka orang-orang yang hebat serta tawadhu. Tapi kalau “Grand Syekh” cuma satu. Grand Syekh adalah pemegang posisi tertinggi dalam instutusi paling berpengaruh di kalangan Ahlusunnah tersebut. Saat ini yang menduduki maqam itu adalah Syekh Ahmad Tayyib.”
Ok. Kembali ke inti judul. Hehe. Grand Syekh Ahmad Tayyib menulis begini:
“Sesungguhnya Al-Azhar, -wahai Saudara sekalian yang mulia-, tidak bosan-bosan mengingatkan suatu kebenaran yang sering luput dari pemahaman kebanyakan kita.
Yaitu bahwa Ahlus Sunnah Waljamaah adalah mayoritas umat Islam, yaitu mereka yang berpegang teguh pada petunjuk Kitab dan Sunnah, yang mengagungkan para Sahabat, serta yang mendapat petunjuk dari warisan keilmuan para ulama yang diterima oleh umat ini, baik ulama dari kalangan Sahabat, Tabiin, dan generasi-generasi mulia (setelahnya).
Di antara mereka adalah Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad -semoga Allah meridai semuanya.
Juga selain mereka dari kalangan ulama-ulama mujtahid dan terpercaya, dengan berbagai macam sumber keilmuan dan perbedaan cara pandang mereka.
Begitu juga dari kalangan mereka yang menghidupkan ilmu-ilmu mereka (ilmu para ulama-ulama sebelumnya), mengikuti usaha mereka dan merumuskan pokok-pokok pikiran dari warisan keilmuan mereka, seperti Abu Mashur Al-Mathuridi, Abu Hasan Al-Asy’ari, Al-Junaid Al-Baghdadi, Al-Harits Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, Al-Ghazali, dan juga ulama-ulama Ahli hadits dan ulama Ahli Fikih sejak Bukhari dan Muslim sampai ke Ibnu Aqil, Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu Daqiq Al-Id, As-Subki, Ibnu Hajar, Asy-Syathibi, dan As-Suyuthi -Semoga Allah merahmati semuanya.
Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang membanggakan (membuat bangga) warisan keilmuan Islam kita, (juga membuat bangga) syariat agama kita yang universal, yang terbuka untuk semua suku dan bahasa dari berbagai tempat dan negeri.” (Al-Azhar wa Wahdatul Muslimin, hlm. 24-25).